Jakarta, MinergyNews– Jaringan listrik di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan telah berhasil digabungkan dalam satu interkoneksi yang ditandai dengan mengalirnya listrik melalui kabel 150 kilo Volt (kV) dari Gardu Induk (GI) PLTU Balikpapan di Kalimantan Timur ke GI Tanjung di Kalimantan Selatan pada Rabu (30/5).
“Atas kerja keras semua pihak, khususnya PLN, sekarang kita punya Sistem Mahakam-Barito, interkoneksi Kaltim dan Kalsel. Kita harapkan ketersediaan cadangan daya pada sistem Kaltim-Kalsel dapat meningkatkan keandalan listrik pada dua provinsi tersebut,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementerian ESDM, Agung Pribadi di Jakarta.
Agung menyampaikan, interkoneksi tidak hanya terhenti pada sistem Kaltim-Kalsel saja, tetapi sistem kelistrikan dapat terhubung sampai provinsi Kalimantan Utara. “Nantinya interkoneksi di seluruh Kalimantan, yang memiliki produksi lebih dapat didistribusikan ke tempat lain yang membutuhkan,” lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur PLN Regional Kalimantan Machnizon mengatakan keandalan sistem interkoneksi tersebut dikarenakan adanya ketersediaan cadangan daya pada Sistem Mahakam (Kaltim) sebesar 155.46 MW dan Sistem Barito (Kalsel) sebesar 92 MW.
“Interkoneksi ini menjadikan bertambahnya kehandalan sistem listrik Barito di Kalimantan Selatan karena didukung oleh pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit yang ada di sistem Mahakam Kalimantan Timur,” ujar Machnizon.
Machnizon menjelaskan kebutuhan energi listrik di Provinsi Kalimantan Timur disuplai oleh sistem Mahakam yang melayani Kota Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, dan Bontang. Daya mampu Sistem Mahakam saat ini mencapai 547.63 MW dengan beban puncak 392.17 MW, sehingga tersedia daya cadangan 155.46 MW di Sistem Mahakam.
“Dengan adanya pasokan listrik dari PLTU Teluk Balikpapan (2×110 MW), PLTGU Tanjung Batu 100 MW, listrik swasta, dan PLTD lainnya, cadangan daya ini menjadikan kondisi kelistrikan di Provinsi Kalimantan Timur menjadi lebih baik”, pungkas Machnizon.
Selain itu, kata Machnizon, interkoneksi ini juga menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Kaltim maupun Kalsel. “Dengan hadirnya interkoneksi ini kami juga mematikan beberapa PLTD yang berbahan bakar HSD (High Speed Diesel),” imbuh Machnizon.
Ia juga mengungkapkan, pasokan listrik yang andal dan adanya percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi. “Diharapkan dapat ikut mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan iklim investasi yang lebih baik di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan,” pungkas Machnizon.