Jakarta, MinergyNews– Mengundang pakar teknologi dari IESE (Institute of Earth Science and Engineering) dari Selandia Baru, Peter Leary, yang mengembangkan teknologi Geo-Flow Imaging, seminar Geo-Flow Imaging digagas Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta (15/3).
Geo-Flow Imaging merupakan teknologi dan metodologi terbaru ini untuk memetakan sistem panas bumi secara lebih akurat dengan biaya pengeboran yang bisa lebih efisien secara signifikan. Hadir pada acara tersebut, para ahli geofisika dan geologi Badan Litbang ESDM, litbang perusahaan pembangkit tenaga panas bumi, dan kalangan akademisi.
Menurut Peter, teknologi pencitraan arus geo ini dapat memberikan hasil identifikasi sumber energi panas bumi yang lebih baik dan efektif dalam proses pembebanan. “Geo-Flow Imaging juga akan memberikan proses terbaik dan hemat biaya untuk mengidentifikasi sumber energi panas bumi yang layak dieksploitasi,” ujarnya.
Hal ini, lanjut Peter, akan mengurangi biaya eksplorasi dan pengeboran sumur geotermal yang lebih murah, lebih cepat dan lebih baik. “Dengan Geo-Flow Imaging ini juga akan mengurangi risiko, dan meningkatkan peluang balik modal lebih cepat,” ungkap Peter.
Pria yang menimba ilmu di Universitas Chicago ini menjelaskan, metode ini sebelumnya telah sukses diaplikasikan pada eksplorasi minyak dan gas bumi (migas). Dengan beberapa modifikasi, Geo-Flow Imaging telah sukses pula diterapkan di panas bumi.
Peter telah menulis 50 makalah di media massa dan 50 karya ilmiah di berbagai jurnal internasional tentang deformasi kerak, pengamatan seismik dan instrumentasi, dan simulasi aliran perkolasi pada media retak kritis untuk aplikasi ke industri panas bumi.
Kepala Badan Litbang ESDM, Sutijasto pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa hampir 70% investasi panas bumi adalah untuk pengembangan hulu. “Investasi hulu didominasi biaya sumur yang berkontribusi sekitar 70 persen. Artinya peran teknologi pengeboran terdepan sangat krusial untuk meningkatkan keekonomian pengembangan energi panas bumi,” ujarnya.
Ia berharap para peneliti setelah mendapat wawasan baru ini, dapat mengembangkan beberapa teknologi inovatif yang dapat mengurangi biaya dalam pengeboran panas bumi untuk mendukung tersedianya energi yang berkelanjutan dan terjangkau di Indonesia.
Sementara itu, Diretur Utama PT Energy Development Center (EDC) Panas Bumi Indonesia, Delas M. Pontolumiu menjelaskan bahwa metodologi yang diadopsi dari teknologi pengeboran migas ini memang belum pernah dipraktekkan di kegiatan hulu panas bumi PT EDC. jika dilakukan pada fase eksplorasi dan eksploitasi akan lebih mudah dan mengurangi biaya pengeboran. Metodologi ini rencananya akan diiuji coba dalam pilot project di salah satu wilayah kerja panas bumi dari tujuh WK panas bumi PT EDC yang ada di Filipina.