Jakarta, MinergyNews– Sepanjang tahun 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) telah berhasil menawarkan 13 Wilayah Kerja (WK) migas, melebihi target penawaran WK Migas (10 WK) atau mencapai 130% dari target.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Migas Tutuka Ariadji pada pernyataan pers Direktorat Jenderal Migas di kantor Ditjen Migas, Jakarta, Senin (30/1). Capaian itu merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk membuka peluang investasi sebesar-besarnya, dimana hulu migas Indonesia masih menjanjikan bagi para pelaku usaha di sektor hulu migas.
Tutuka menyampaikan, dari 13 WK yang ditawarkan, terbagi ke dalam dua tahap, dimana dari penawaran tahap I melelang 7 WK yang ditetapkan 4 WK Pemenang, yaitu WK Bawean, WK Offshore North West Aceh, WK Offshore South West Aceh, dan WK West Kampar. Sedangkan WK yang tidak mendapatkan pemenang, imbuhnya, ditetapkan sebagai WK available yang dapat diusulkan sebagai Penawaran Langsung tanpa melalui Studi Bersama atau diusulkan untuk dilelang kembali melalui Studi Bersama
“Sementara pada lelang WK tahap II, dari 6 WK, telah diumumkan 2 pemenang lelang yaitu WK Jabung Tengah dan WK Paus, sedangkan empat WK lainnya masih dalam proses lelang,” ujar Tutuka.
Pada tahun 2022 juga telah dilakukan penandatanganan 5 Kontrak Kerja Sama (KKS) yang terdiri dari 4 kontrak hasil lelang tahun 2021 yaitu WK Bertak Puyuh Pijar, WK Agung I, WK Agung II dan WK North Ketapang, serta 1 kontrak hasil lelang tahun 2022 yaitu WK Bawean.
Tutuka menjelaskan bahwa keberhasilan penawaran WK ini tidak lepas dari upaya-upaya Pemerintah meningkatkan minat investor seperti perbaikan Bentuk dan Ketentuan-Ketentuan Pokok (Terms & Conditions) Kontrak Kerja Sama agar lebih menarik.
“Diantaranya memberikan insentif dan Participating Interest (PI 10%) yang merupakan implementasi dari Kepmen ESDM No. 199 tahun 2021 tentang Pedoman Pemberian Insentif Kegiatan Usaha Hulu Migas, Kepmen ESDM No. 223 tahun 2022 tentang Pelaksanaan Ketentuan Penawaran PI 10% kepada BUMD di WK Migas dan implementasi Kepdirjen No. 153 tahun 2022 tentang SOP Tata Cara Pemeriksaan dan Evaluasi Pengalihan PI 10% pada WK Migas,” jelasnya.
Sementara itu, pada tahun 2022 Ditjen Migas berhasil menorehkan kinerja positif lainnya, yaitu pemanfaatan gas untuk dalam negeri mencapai 68%, PNBP SDA Migas sebesar Rp148,70 triliun atau 106,90% di atas target, pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (jargas) sebanyak 40.877 sambungan rumah (SR) yang tersebar di 12 Kabupaten/Kota dan pendistribusian konverter kit untuk nelayan sebanyak 30.000 paket di 17 provinsi dan paket konverter kit untuk petani yang juga 30.000 paket di 16 provinsi.
Selanjutnya, pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri tahun 2022 mencapai 68% atau 103% di atas target 66%. “Pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri akan terus ditingkatkan dengan memastikan kesiapan sektor pengguna gas dalam negeri melalui berbagai kebijakan, demi mendukung tumbuh kembangnya industri dalam negeri,” paparnya.
Penerimaan negara terutama PNBP SDA Migas tahun 2022 mencapai Rp148,70 triliun atau 106,90% di atas target. Dengan bergabungnya Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas pada tahun 2022, maka penerimaan negara dari sektor PNBP BLU telah mencapai Rp188 miliar atau 121,29% dari target Rp155 miliar.
Sementara Lifting Migas yang merupakan komponen dalam perhitungan besaran penerimaan negara, realisasi tahun 2022 mencapai 612 MBOPD untuk minyak (87% dari target 703 MBOPD) dan 955 MBOEPD (92,18% dari target 1003 MBOEPD) untuk gas bumi, dengan ICP rata-rata sebesar USD97,03 per barel (97% dari target USD100 per barel). Tidak tercapainya target lifting migas tersebut antara lain karena rendahnya posisi awal atau low entry point pada awal tahun 2022, unplanned shutdown dan delay field onstream pada beberapa proyek.
“Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan upaya peningkatan dan pencapaian lifting migas yang telah dan akan terus dilakukan, antara lain optimasi produksi pada lapangan eksisting, transformasi Resources to Production, mempercepat chemical EOR, eksplorasi masif untuk penemuan besar, serta kemudahan investasi dan insentif,” tandas Tutuka.