Jakarta, MinergyNews– Tanpa adanya dukungan penuh atas kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas), produksi sumber daya strategis ini bisa turun drastis di masa mendatang.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi belum lama ini di Jakarta.
Amien mengatakan, apabila bisnis hulu migas dijalankan seperti biasa (business as usual) maka produksi migas pada tahun 2050 bisa turun menjadi 83.000 barel per hari (bph) untuk minyak dan 221.000 barel setara minyak per hari.
“Ini akan terjadi kalau tidak ada penemuan cadangan migas yang besar. Jika ada, profilnya akan beda dengan ini,” ujar Amien.
Penemuan yang besar ini hanya akan terjadi jika kegiatan eksplorasi digiatkan. Sayangnya investasi pada kegiatan eksplorasi menunjukkan kecenderungan menurun dari waktu ke waktu. Amien mengharapkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) dapat memanfaatkan momentum turunnya harga barang dan jasa akibat melemahnya harga minyak dunia untuk melakukan investasi yang signifikan pada eksplorasi. Apabila investasi tersebut dilakukan saat harga rendah, maka saat nanti harga terkoreksi, lapangan-lapangan tersebut sudah masuk ke tahap produksi.
Selain itu, tambah Amien, pencapaian lifting migas di tahun 2016 yang melampaui target yang ditetapkan dalam APBN. Pada tahun 2016, lifting mencapai 829.200 barel per hari untuk minyak dan 6.628 standard juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas. Target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2016 adalah sebesar 817.500 barel per hari untuk minyak dan 6.291 MMSCFD untuk gas.
Untuk itu, Amien mengingatkan pentingnya untuk mempertahankan produksi migas dalam jangka panjang. Sampai sekitar tiga puluh tahun ke depan, migas masih menyadi sumber energi utama di Indonesia. Data bauran energi Indonesia menunjukkan bahwa migas masih diharapkan berkontribusi sebesar 44 persen atas bauran energi nasional di tahun 2050. (us)