Srikandi Universitas Pertamina Tembus Kompetisi Asia Pasifik, Wakili Indonesia ke Tingkat Dunia

Jakarta, MinergyNews– Dilansir dari laporan World Bank bertajuk ‘The Equality Equation Advancing the Participation of Women and Girls in STEM’ tahun 2020, keterwakilan perempuan dalam pekerjaan di bidang teknis masih sangat sedikit. Hanya ada 26 persen pekerja perempuan di bidang data dan artificial intelligence, 15 persen pekerja perempuan di bidang teknik, dan 12 persen pekerja perempuan di bidang cloud computing.

Tapi siapa bilang srikandi Indonesia tak bisa menorehkan prestasi di bidang yang ‘dikuasai’ pria? Tiga mahasiswi Progam Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina (UPER) membuktikan perempuan mampu berprestasi di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

Mereka adalah Katarina Novita Talo, Rahma Nazilah, dan Zhorifah Aqiilah Putri Amelia, bersama rekan mahasiswa Daniel Van Vriezer Situmeang, yang sukses menyabet Juara 1 di ajang Petrobowl Asia Pacific Regional Qualifier (APRQ) 2022, pada 31 Juli 2022 lalu. Petrobowl merupakan kejuaraan internasional ternama besutan Society of Petroleum Engineers (SPE) Gulf Coast Section di Amerika yang berlangsung setahun sekali.

“Puji syukur, tim Universitas Pertamina berhasil meraih posisi puncak, mengalahkan tim-tim dari perguruan tinggi ternama di Asia Pasifik. Diantaranya dari Universiti Teknologi Petronas, China University of Petroleum, Universitas Adelaide Australia, dan Indian Institute of Technology,” ujar Rektor Universitas Pertamina, Prof. IGN Wiratmaja Puja, dalam wawancara daring, Sabtu (06/08/2022).

Tahun ini, dari 175 peserta asal 36 universitas terbaik di Asia Pasifik, empat perguruan tinggi Indonesia berhasil masuk Top 4 pada kualifikasi regional. Setelah Universitas Pertamina (UPER), posisi kedua diduduki Universitas Trisakti, diikuti Universitas Indonesia (UI) sebagai juara ke-3, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai juara ke-4.

Tim Universitas Pertamina selanjutnya menjadi wakil regional Asia Pasifik untuk berkompetisi di Petrobowl World Championship. Kejuaraan tingkat dunia itu akan diselenggarakan pada rangkaian SPE Annual Technical Conference and Exhibition (ATCE) di Houston, Amerika Serikat, bulan Oktober mendatang.

Henricus Herwin, SPE Regional Director Asia Pacific, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian tim Universitas Pertamina. “Saya yakin keberhasilan tersebut merupakan buah dari kerja keras dan ketekunan. Teman-teman Universitas Pertamina telah menunjukkan kepada kita semua bahwa mahasiswa/i Indonesia mampu bersaing di tingkat regional dan internasional,” ujar Henricus.

Untuk mendukung pengembangan kompetensi mahasiwa, SPE secara aktif melaksanakan berbagai kegiatan. “Kami memiliki Ambassador Lecturer Program dimana profesional migas berbagi pengalaman pada generasi muda. Kerja sama dengan perguruan tinggi juga dilakukan melalui beberapa jalur, seperti pembentukan student chapter, pemberian beasiswa, serta joint-activity. Kami sangat terbuka untuk terus mengembangkan kerja sama dengan perguruan tinggi demi terciptanya ekosistem yang solid bagi industri migas dan dunia akademis,” jelas Henricus.

Tantangan yang dihadapi tim Universitas Pertamina tidak kecil. Mereka bersaing dengan perguruan tinggi terbaik, di tengah kesibukan akademis anggota tim. Daniel sebagai ketua tim, sedang dalam proses revisi skripsi dan persiapan sidang akhir. Zhorifah sedang melakukan persiapan magang di PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Field Limau. Sedangkan, anggota tim lainnya sedang mempersiapkan Ujian Akhir Semester (UAS).

Dalam satu hari, lanjut Katarina, masing-masing tim menganalisa ratusan kisi-kisi soal. Tim juga mendapat bimbingan dari SPE Student Chapter UPER. Serta banyak berdiskusi dengan para dosen dan praktisi terkait perkembangan industri energi saat ini.

“Bekal selama berkuliah di UPER membuat kami memiliki fondasi keilmuan yang solid. Kami hanya perlu menguatkan pelajaran di beberapa mata kuliah teknis seperti Teknik Pengeboran, Teknik Produksi, Teknik Reservoir, dan Well Testing. Serta mata kuliah terkait kemampuan berfikir seperti Creative Problem Solving dan Critical Thinking,“ tutur Katarina.

Dengan aktif mengikuti berbagai kejuaraan di bidang STEM, Katarina berharap dapat mematahkan stereotip dan bias gender dalam pekerjaan di bidang teknis. Menurutnya, untuk meningkatkan partisipasi dan ketertarikan perempuan di bidang STEM, diperlukan suntikan motivasi.

“Misalnya, dengan menonjolkan prestasi perempuan di bidang STEM. Sehingga, masyarakat dapat melihat bahwa setiap individu terlepas gendernya, mampu berkontribusi di bidang ini,” ujarnya.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *