“Anak muda diharapkan dapat membantu memberikan sosialisasi pentingnya penggunaan EBT, menciptakan inovasi teknologi di bidang EBT, atau bahkan dapat ikut mengembankan start up dengan memanfaatkan potensi energi setempat”, ungkap Dadan pada acara ASEAN Golden Generation Conference di Gedung Merdeka, Bandung (9/12).
Ditambah dengan potensi sumber EBT di Indonesia dapat menjadi komoditas khususnya dikawasan ASEAN. Melalui skema ASEAN Power Grid, Indonesia dapat menjadi salah satu produsen Listrik bersih terbesar untuk negara-negara tetangga.
“Jangan dilihat sebagai kita kekurangan energi, tapi ini adalah peluang masa depan kita. Indonesia punya peluang energi terbarukan yang belum termanfaatkan optimal, mimpi besar transisi energi hanya dapat diwujudkan melalui aksi nyata anak bangsa”, tambah Dadan.
Dadan melanjutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim. Indonesia sendiri sejak tahun 1981 – 2018 mengalami kenaikan tren suhu sekitar 0,03 derajat celcius tiap tahunnya. Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan target penurunan emisi Gas Rumah Kaca di tahun 2030 pada sektor energi sebesar 358 Juta ton CO2e (31,89%) dengan kemampuan sendiri, dan 43,20% dengan dukungan internasional.
“Perubahan iklim yang terjadi tak luput dari kegiatan manusia sehari-hari yang turut melepas karbon. 1 liter gasoline menghasilkan rata-rata 2,5 kg CO2. Begitu juga penggunaan AC di malam hari menghabiskan 3 kWh yang kira-kira sama dengan 3 kg CO2, jadi bisa dihitung berapa kita menambah karbondioksida ke atmosfir sehingga meningkatkan perubahan iklim”, lanjut Dadan.
Guna menekan berbagai resiko akibat perubahan iklim, Dadan lebih lanjut menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi EBT yang besar, tersebar dan beragam. Energi surya memiliki potensi 3.295 GW disusul oleh bayu/angin yang memiliki potensi hingga 155 GW. Air juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebesar 95 GW, Laut sebesar 60 GW dan Panas Bumi mencapai 24 GW. Jika dijumlahkan, maka saat ini terdapat 3.686 GW potensi EBT di seluruh Indonesia.
“Pemanfaatan EBT ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penurunan emisi global. Peluang pengembangan EBT juga sangat terbuka. Pengurangan emisi sektor energi dan peningkatan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan menjadi pembahasan utama pada forum-forum Internasional seperti COP 27 yang digelar tahun 2022, dan pada gelaran ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) tahun ini”, ujar Dadan.
Dadan melanjutkan bahwa perlunya kolaborasi antara pemerintah dan juga akademisi bisa diakselerasikan bersama untuk mengoptimalkan pengembangan EBT di Indonesia.
“Beberapa upaya yang kami lakukan untuk dapat melibatkan para akademisi dan anak muda yaitu kami memiliki program Gerilya (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya) yang juga bekerjasama dengan Kemendikbud. Selain itu kami memiliki program Patriot Energi untuk mendorong prngembangan EBT di daerah 3T. Kami juga melakukan kolaborasi dengan SRE (Society of Renewable Energy) sebagai wadah anak muda yang concern terhadap implementasi pengembangan EBT di Indonesia”, pungkas Dadan.
Acara ASEAN Golden Generation Conference ini berlangsung secara hybrid dan melibatkan 150 orang mahasiswa dari 35 Perguruan Tinggi di Indonesia dan beberapa negara ASEAN.