Jakarta, MinergyNews– Pengamat energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, Pertamina telah terbukti siap. Namun karena menyangkut masalah bisnis, Pertamina akan lebih hati-hati mengambil alih blok migas yang habis kontraknya.
“Pertamina perlu juga selektif memilih lapangan yang akan diambil, harus diukur semua aspek kesiapannya,” kata Komaidi.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan pemerintah akan memberikan kesempatan yang besar bagi Pertamina untuk mengelola blok migas yang habis kontraknya. Apalagi Pertamina sebagai wakil negara dalam sektor migas tentu akan mendapat dukungan dari negara untuk mengembangkan sektor migas.
“Pertamina diberikan keleluasaan bisnis, diberi kebebasan gandeng partner, sama kemarin ke Iran pemerintah G to G (goverment to goverment) dengan Iran, baru kemudian Pertamina hanya tinggal melanjutkan pembicaraan saja,” ungkap dia.
Setelah ditunjuk mengelola Blok Mahakam mulai Januari 2018 dan menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Blok Offshore North West Java (ONWJ), Pertamina mengharapkan bisa ditunjuk untuk mengelola Blok Sanga-Sanga yang akan habis masa kontraknya pada Agustus 2018. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tahun ini sudah ada keputusan tentang kontrak Blok Sanga-Sanga. Tujuannya agar ada kepastian investasi bagi operator di blok yang sudah beroperasi 50 tahun itu.
Hak partisipasi Sanga-Sanga dikuasai BP East Kalimantan sebesar 26,25 persen, Lasmo Sanga Sanga 26,25 persen, Virginia Indonesia Co LLC 7,5 persen, OPICOIL Houston Inc sebesar 20 persen, Universe Gas & Oil Company 4,37 persen, dan Virginia International Co LLC 15,63 persen. PT Vico Indonesia tercatat menjadi operator Blok Sanga-Sanga.
Per 30 Juni 2016, SKK Migas mencatat Blok Sanga-Sanga telah menyumbang lifting atau produksi siap jual minyak sebanyak 18 ribu barel per hari. Sedangkan lifting gas sebanyak 31 ribu barel oil ekuivalen per hari (BOEPD).