Perth, Australia, MinergyNews– Program CSR unggulan PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field dari Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, yaitu Program Akar Basah (Aliansi Kerja Bebas Sampah), berhasil menarik perhatian panitia Asia Pacific Oil & Gas Conference & Exhibition (APOGCE) 2024 dan masuk sebagai salah satu materi yang dipaparkan pada ajang yang diselenggarakan di Perth, Australia pada 15-17 Oktober lalu. Tahun ini, APOGCE 2024 bertema: Advancing Energy In Asia Pacific: Opportunities, Challenges And Solutions.
Hadir sebagai pembicara dalam technical session di ajang APOGCE 2024 tersebut, Manager Communication Relations & CID PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), Dony Indrawan, mewakili tim Program Akar Basah yang terdiri Dony Indrawan, Isrianto Kurniawan, Dharma Saputra, Abrar Siregar, Riduansyah, dan Aditya Cahya Kurnia Rahman. Di sesi ini, Program Akar Basah mengambil judul Improving Local Potential and Attempting to Save Environment Between Indonesia – Malaysia Border.
“Di APOGCE 2024, kami memaparkan keberhasilan Program Akar Basah di Kabupaten Nunuka, Kalimantan Utara dalam memanfaatkan peluang pengembangan potensi lokal berupa pertanian rumput laut yang ditanam dengan metode floating rope farming dengan melakukan inovasi pengolahan limbah botol plastik menjadi produk media tanam terapung (float) yang lebih bernilai dan tahan lama,” ujar Dony.
Sejak dijalankan, Program Akar Basah telah berhasil menciptakan produk media tanam rumput laut (float) yang lebih baik dan tahan lama sehingga mampu mengurangi peningkatan limbah botol plastik yang mayoritas berbahan PET yang dipakai oleh petani untuk menanam rumput laut. “Botol plastik berbahan PET yang selama ini digunakan sebagai float hanya bertahan sekitar dua kali panen atau sekitar 80 hari. Kini, produk float baru berbahan limbah plastik HDPE dari Program Akar basah bisa bertahan sampai 8-12 bulan,” ujarnya.
Di tahun 2023, menurut Dony, Program Akar basah berhasil mendaur ulang 7,8 ton limbah plastik HDPE menjadi float yang berkualitas dan tahan lama sehingga mengurangi potensi peningkatan timbulan puluhan ton limbah botol plastik berbahan PET untuk pertanian rumput laut.
“Dengan adanya program ini, petani rumput laut dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 385.800.000 (USD 24.839) dari penggantian botol bekas dengan produk float ramah lingkungan,” jelas Dony.
Di ajang kali ini yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai negara di Asia Pasifik, ditampilkan berbagai pendekatan pragmatis terhadap transisi energi, serta topik-topik yang menekankan langkah-langkah dan strategi praktis yang diperlukan untuk menavigasi kompleksitas peralihan menuju sistem energi yang lebih bersih. Sejalan dengan tema APOGCE 2024, program Akar Basah mewakili salah satu topik yang membahas sifat industri energi yang beragam, terutama dalam kategori Environment/lingkungan.
“Kini sekitar 200 petani rumput laut sudah menggunakan produk float baru yang tahan lama dan lebih ramah lingkungan sehingga keberlangsungan bisnis dan kelestarian lingkungan dapat berjalan seiring,” imbuhnya.
Keberhasilan Program Akar Basah telah membawa masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya pengolahan sampah plastik, memahami nilai ekonomi yang terkandung di dalamnya dengan melakukan daur ulang atau menjualnya dalam bentuk cacahan plastik. ”Kita berharap Program Akar basah ini dapat menginspirasi peserta yang hadir dari berbagai negara tentang langkah-langkah kecil dan inovasi yang membawa industri hulu migas menjadi pendorong keberlanjutan lingkungan dan masyarakat dimnapau beroperasi,” pungkasnya.