Jakarta, MinergyNews– Menyadari potensi gas bumi yang sangat besar, Pemerintah berupaya menyambungkan infrastruktur gas dari ujung timur Pulau Jawa hingga ujung barat Sumatera. Hal ini dilakukan untuk pemanfaatan gas bumi yang semakin optimal dan terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menyampaikan Pemerintah tengah membangun interkoneksi pipa transmisi gas bumi dari Jawa Timur hingga ke Aceh, menyusul penemuan potensi gas yang besar di beberapa lokasi di Indonesia bagian barat dan tengah, seperti di wilayah Andaman di perairan Aceh, serta Blok Agung I dan Agung II di utara pulau Bali dan Lombok.
“Menyadari bahwa potensi gas di Nusantara ini sangat besar. Di sebelah utara Sumatera itu telah ditemukan di Blok South Andaman, sebelumnya ada Andaman II, juga ditemukan gas yang potensinya cukup besar. Di sebelah utara Bali dan Lombok juga ditemukan resources sumber daya yang besar. Sebelah utaranya itu juga sebetulnya diidentifikasi ada juga, selain di Selat Makassar. Mengingat hal itu, Pemerintah berupaya keras untuk menyambungkan dari Aceh sampai Jawa Timur,” jelas Tutuka pada konferensi pers, di kantornya, Selasa (16/1).
Saat ini Pemerintah telah menyelesaikan pembangunan pipa ruas Cirebon-Semarang (Cisem) tahap 1 yakni Semarang-Batang sepanjang 62 kilometer (km). Kemudian akan dilanjutkan dengan tahap 2 dari Batang-Cirebon dan Cirebon-Kandanghaur sepanjang 240 km. Pembangunan Cisem Tahap 2 ini telah menyelesaikan Basic Design dan akan dilanjutkan dengan proses lelang dan pembangunan di tahun ini.
“Yang sudah diselesaikan itu ruas Semarang-Batang. Nanti akan dilanjutkan ruas Batang-Cirebon, Cirebon-Kandanghaur sepanjang 240 km. Basic Design-nya sudah selesai dan mudah-mudahan bisa selesai lelangnya, dan dimulai EPC-nya atau pembangunannya pada tahun ini dan akan diselesaikan pada akhir tahun 2025,” imbuh Tutuka.
Selain itu, Pemerintah juga telah memulai proses pembangunan pipa ruas Duri-Sei Mangke di Pulau Sumatera. Saat ini, seperti disampaikan Tutuka, telah menyelesaikan proses feasibility study dan akan dilanjutkan proses administrasi untuk menuju proses lelang.
Pembangunan pipa gas terintegrasi di Pulau Jawa dan Sumatera ini tidak lain dilakukan demi kepentingan masyarakat dalam mendapatkan akses energi yang murah. Dengan adanya infrastruktur gas yang memadai, maka diharapkan gas dari hasil eksplorasi saat ini bisa dimanfaatkan dengan harga yang murah ketika sampai di tangan konsumen.
“Jadi manfaatnya, diharapkan gas yang dieksplorasi saat ini bisa berharga lebih murah sampai di konsumen, termasuk untuk industri, kelistrikan, komersial, dan rumah tangga. Juga ditargetkan untuk jaringan gas yang dibangun Pemerintah maupun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU),” imbuh Tutuka.
Lebih lanjut Tutuka merinci, penghematan yang dapat diperoleh dari pembangunan pipa gas terintegrasi ini antara lain mengurangi subsidi LPG 3 Kg sebesar Rp0,63 triliun pertahun dan devisa impor LPG Rp1,08 triliun/tahun, serta penghematan biaya masak hingga Rp0,16 triliun/tahun. Semua itu dihasilkan dari pemanfaatan pipa gas untuk jaringan gas rumah tangga (Jargas) 300 ribu sambungan rumah tangga (SR) di ruas Cirebon-Semarang dan 600 ribu SR di ruas Duri-Sei Mangke.