Jakarta, MinergyNews– Pertamina meningkatkan kapasitas energi panas bumi atau geothermal sebagai salah satu faktor penting mencapai target pengurangan emisi karbon dengan terdapat potensi reduksi emisi yang signifikan dari pengembangan kapasitasnya.
Dalam diskusi di Paviliun Indonesia COP-27 di Sharm el-Sheikh, Mesir pada Senin waktu setempat, CEO Pertamina Geothermal Energy, Ahmad Yuniarto, menjelaskan bahwa Pertamina mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060.
Pertamina menargetkan pencapaian net zero emission pada 2060 dengan dukungan berbagai langkah dekarbonisasi dan bisnis hijau, termasuk pengembangan kapasitas geothermal.
Dia menyoroti akan terjadi pengurangan signifikan emisi karbon ketika dilakukan eksekusi apa yang tertuang di Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional yang terbaru untuk menambah kapasitas terpasang geothermal di Indonesia.
“Kita memiliki kesempatan untuk melakukan pengurangan secara kumulatif hingga 1.200 juta ton emisi karbon ekuivalen,” jelasnya.
Besaran tersebut merupakan potensi kontribusi yang besar dari sektor geothermal di Indonesia untuk pencapaian net zero emission yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
Ahmad menjelaskan bahwa Pertamina Geothermal Energy saat ini mengelola 13 wilayah kerja geothermal di Indonesia dengan kapasitas terpasang 1.877 MW yang terdiri dari 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama. Jumlah tersebut mewakili 82 persen dari total kapasitas terpasang geothermal di Tanah Air.
Dia menyoroti peran penting geothermal untuk transisi energi dan mencapai kondisi nol karbon, dengan sektor energi itu memiliki kondisi sepuluh kali lipat jejak emisi yang lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil.
“Pertamina Geothermal Energy berkomitmen, dalam lima tahun ke depan untuk menambah kapasitas terpasang 600 megawatt,” ujarnya.
Dengan adanya komitmen tersebut, terdapat potensi untuk menghindari dihasilkannya 15,7 juta ton CO2 ekuivalen per tahun.
“Itu kontribusi yang besar dan nyata sambil menguatkan baseload energi terbarukan di Indonesia,” ujar Ahmad.
Tidak hanya dari mendorong pengurangan emisi melalui penambahan kapasitas terpasang geothermal, Pertamina Geothermal Energy juga mendukung upaya rehabilitasi 588 hektare area hutan.
“Ini fakta yang banyak orang tidak sadari bahwa pengembang geothermal juga bekerja (merehabilitasi) di hampir 600 hektare,” demikian Ahmad Yuniarto.
Dijelaskan Ahmad Yuniarto, dalam menjalankan bisnisnya, Pertamina Geothermal Energy terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE. Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.
Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).