Tangerang, MinergyNews– Pertamina melalui subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) sedang melakukan pengembangan hidrogen bersih. Pertamina optimistis sumber energi ini dapat berperan besar dalam upaya mencapai net zero emission (NZE) di tahun 2060.
“Saat ini hidrogen belum mencapai nilai keekonomian yang diharapkan namun kami percaya bahwa hidrogen bisa menjadi game changer di energi baru, karena hidrogen bersih adalah solusi penurunan emisi khususnya di sektor yang sulit dilakukan dekarbonisasi seperti industri dan transportasi berat. Inisiatif ini menjadi salah satu prioritas di Pertamina NRE,” ungkap Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, dalam diskusi panel EBTKE Conex 2023, Rabu (12/7).
Menurut Dannif, meski pengembangannya belum pernah dilakukan, potensi hidrogen bersih di Indonesia sebagai bahan bakar cukup besar. Pertamina Group memiliki potensi besar dalam pengembangan hidrogen bersih.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Indonesia yang menyebabkannya memiliki potensi ini. Antara lain pertama, sumber energi yang dimilikinya cukup beragam dengan jumlah yang cukup melimpah. Kedua, ukuran pasar yang besar mendorong potensi permintaan hidrogen yang tinggi di masa depan, terutama di sektor industri berat serta transportasi berat.
Hidrogen didapatkan dengan cara melakukan elektrolisis air, yaitu pemisahan senyawa air menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan menggunakan energi listrik. Hidrogen bersih merupakan hidrogen yang dihasilkan dengan menggunakan energi listrik dari pembangkit berbasis energi hijau ataupun dari energi fosil namun dengan menangkap CO2 nya agar tidak lepas ke atmosfer.
Dalam peta jalan pengembangan hidrogennya, Pertamina NRE menargetkan untuk menjadi pionir di pasar Asia Tenggara sebelum tahun 2027. Pada tahun 2027 hingga 2030, Pertamina NRE menargetkan untuk mulai melakukan ekspor hidrogen bersih ke pasar internasional dan paralel menggarap pasar domestik.
“Dan mulai tahun 2031 Pertamina NRE berambisi untuk menjadi eksportir hidrogen bersih dan memimpin ekonomi hidrogen di Indonesia,” ungkap Dannif.
Saat ini, Pertamina NRE telah berkolaborasi dengan sejumlah mitra strategis, baik dalam maupun luar negeri, untuk mengembangkan ekosistem hidrogen bersih. Antara lain TEPCO, IGNIS, Sembcorp, Chevron, Pupuk Indonesia, dan Krakatau Steel.
Kolaborasi terbaru adalah nota kesepahaman dengan Transportasi Gas Indonesia (TGI) dalam pengembangan bisnis transportasi hidrogen bersih. Kerja sama dengan TEPCO untuk pengembangan hidrogen hijau di area panas bumi Lahendong yang disetujui NEDO, Lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang, untuk mendapat hibah atas riset yang dilakukan dalam inisiatif ini.
“Kolaborasi-kolaborasi ini diperlukan agar pengembangan menjadi lebih cepat, terdapat transfer teknologi, serta berbagi risiko,” jelasnya.
Hidrogen bersih berpotensi memberikan kontribusi yang besar dalam penurunan emisi karbon, terutama untuk sektor-sektor yang sulit dilakukan dekarbonisasi (hard-to-abate industry), seperti pengolahan minyak, industri petrokimia, baja, transportasi laut, dan transportasi berat lainnya. Hal ini dikarenakan pada industri-industri tersebut penggunaan energi fosil dengan intensitas cukup tinggi menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas operasionalnya.
“Dengan memanfaatkan hidrogen bersih untuk menggantikan energi fosil, maka emisi karbonnya dapat ditekan,” ujar Dannif.