Jakarta, MinergyNews– Agar komitmen Pemerintah untuk menjaga produksi minyak Indonesia tetap berada di level 800.000 barel per hari selama 5 tahun, maka penggunaan teknologi baru harus dilakukan mulai tahun 2018 dan diberlakukan sepenuhnya mulai tahun 2019.
“Tahun 2018 sudah harus mulai. Tahun 2019 itu sudah harus full new technology-nya harus dikembangkan karena sudah mulai turun (produksi minyak),” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmaja Puja di Jakarta.
Menurut Wirat, produksi minyak Indonesia masih mengandalkan dari Blok Cepu. Ketika produksi dari blok tersebut turun dari puncak produksinya setalah 4-5 tahun, maka harus dilakukan suatu cara agar produksi minyak Indonesia tidak turun drastis.
Pada saat ini, Pemerintah sedang mengkaji penggunaan teknologi yang paling tepat untuk meningkatkan produksi migas. Misalnya penggunaan Enhanced Oil Recovery (EOR) atau drilling.“Sekarang secara intensif kita lihat semua teknologi yang mungkin diterapkan di Indonesia. Kita hitung berapa biayanya, setelah itu kita laporan tentunya. Teknologi ini biayanya sekian, bisa menaikkan produksi sekian,” paparnya.
Pada tahun 2017, produksi minyak diperkirakan masih di atas 800.000 barel per hari. Pada tahun 2016, produksi minyak tercatat 831.000 barel per hari, lebih tinggai dari target Work Program and Budget SKK Migas masing-masing sebesar 817.500 barel per hari. Oleh karena itu program jangka pendek peningkatan produksi minyak dapat dimulai tahun 2018. (us)