Jakarta, MinergyNews– Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan daya saing sumber daya manusia Indonesia masih tertinggal dari negara tetangganya di ASEAN. World Economic Forum dalam laporan tahunan global competitiveness pada 2019 menunjukkan daya saing Indonesia berada di rangking 50 dari 141 negara. Masih tertinggal dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. Untuk menghadapi dinamika persaingan kerja, SDM Indonesia harus disiapkan untuk memiliki nilai kompetensi yang tinggi.
Sebagaimana tertuang dalam konsep Taxonomy of Educational Objectives, untuk mencapai level Higher Order Thinking skills (HOTS), setidaknya ada 10 keterampilan yang dibutuhkan. Dua diantaranya adalah kemampuan menganalisa dan berinovasi, serta kemampuan tahan banting, mengelola stress dengan baik dan fleksibel. Kedua keterampilan ini diyakini menjadi modal utama untuk dapat unggul di bursa kerja.
Perguruan Tinggi sebagai pencetak SDM, berupaya menjembatani kesenjangan kebutuhan para pencari kerja dengan kompetensi lulusan. Strategi yang dilakukan diantaranya menjalin kerja sama dengan berbagai instansi dan institusi, termasuk dengan sesama perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Pertamina (UP). Dalam rangka menyiapkan lulusan untuk memiliki sifat adaptif dan terbiasa dengan kolaborasi, UP menggandeng Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Terpilihnya UTM sebagai mitra, bukan tanpa alasan. Pasalnya, kampus negeri jiran tersebut berada di urutan ke-187 berdasarkan QS World Rank. UTM juga tersohor sebagai public research university yang berfokus pada pengembangan sains dan teknologi. Kerja sama dengan UTM, diharapkan dapat membuka jalan bagi mahasiswa UP memperkuat budaya riset dan inovasi.
“Dengan membiasakan mahasiswa terhadap perbedaan budaya dan cara berpikir, mereka akan dengan mudah bersinergi dan berkolaborasi ketika terjun ke dunia kerja nantinya. Kegiatan pertukaran pelajar semacam ini juga dapat mendorong mereka untuk melahirkan inovasi dengan mempelajari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara tetangga,” ungkap Prof. Ir. I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, Ph.D., Rektor Universitas Pertamina, dalam wawancara daring selepas penandatanganan perjanjian kerja sama, Rabu (02/06).
Penandatangan kerja sama dilakukan secara daring di institusi masing-masing. Turut hadir menandatangani dokumen kerja sama, Vice-Chancellor Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Datuk Ts Dr Ahmad Fauzi Ismail. Prof. Datuk mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Universitas Pertamina atas kerja sama yang telah terjalin.
“Kedepannya, kerja sama ini akan kami kembangkan tidak hanya dalam bentuk pertukaran pelajar. Tetapi juga pertukaran tenaga pengajar, program fast track, penelitian bersama, inovasi di bidang iptek dan informasi yang menjadi kekhususan dari UTM, dan pembentukan community development,” lanjutnya.
Sejak didirikan pada tahun 2016, Universitas Pertamina telah dan terus menjalin kerja sama dengan 38 institusi pendidikan tinggi luar negeri. “Kami juga telah mengirimkan setidaknya 73 mahasiswa ke berbagai universitas terkemuka di belahan dunia untuk pertukaran pelajar dan proyek penelitian. Sebaliknya, sejumlah 45 mahasiswa asing juga belajar di kampus kami,” pungkas Prof Wirat.
Prof Wirat melanjutkan, program pertukaran pelajar semacam ini berpotensi memperkaya khasanah pengetahuan mahasiswa. Selama belajar di institusi pendidikan di luar negeri, menurut Prof Wirat, para mahasiswa diharapkan mencuri ilmu dan inovasi untuk kemudian dikembangkan di Indonesia.