Pemerintah Upayakan Terangi 12.659 Desa

Jakarta, MinergyNews–  Kampung Kocu As, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat dihuni 200 KK dengan penduduk 600 orang. Sebelum PLTS Off-Grid berkapasitas 50 kWp bantuan dari Pemerintah menyala pada 10 September 2016 lalu, kampung ini hanya dilistriki oleh generator diesel yang terletak di dekat rumah kepala kampung, yang terbatas pada 5-6 jam penerangan di waktu malam. Di kampung ini, harga bahan bakar mesin diesel berharga Rp.20.000,- per liter. Dengan konsumsi per jam rata-rata dua liter, kampung ini mesti mengeluarkan biaya sekitar 200 s.d. 300 ribu per harinya untuk pembangkit listrik. Belum terhitung jika pada waktu siang hari, diperlukan listrik untuk keperluan dan kegiatan kampung.

Minyak diesel, demikian disebut oleh warga setempat, menjadi barang mahal bagi warga kampung ini. Minyak diesel hanya bisa didapat di Ayamaru atau Kumurkek, yang menempuh 1,5 sampai 2,5 jam perjalanan darat tergantung cuaca. Apabila cuaca hujan, sebagian jalan berlumpur dan tidak bisa dilalui. Jika demikian, tidak ada minyak diesel yang mengisi generator diesel kampung ini, yang menyebabkan tidak ada listrik sama sekali pada waktu demikian. Warga kampung hanya berpasrah saja melalui malam tanpa listrik dan penerangan sama sekali. Waktu-waktu tersebut, malam-malam tanpa listrik dan penerangan, disebut warga sebagai “Tidur Gelap”.

Kampung Kocu As merupakan satu dari 12.659 Desa yang terlistriki. Masih ribuan desa lagi yang ingin merasakan seperti yang dirasakan kini oleh masyarakat Kampung Kocu As dan pemerintah harus mampu mewujudkan harapan mereka semua.

Tercatat pada peta ketenagalistrikan, terdapat 12.659 desa yang belum memperoleh aliran listrik secara memadai. Bahkan 2.519 desa di antaranya masih benar-benar gelap, tak tersentuh aliran listrik. Sejauh ini berdasarkan data Potensi Desa 2014 dari BPS, jaringan PLN baru menjangkau 69.531 atau sekitar 85% dari 82.190 desa di Indonesia, dan 2.519 desa dari 12.659 desa sisanya tidak mendapatkan akses listrik sama sekali.

Pemerintah akan memasifkan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di wilayah-wilayah yang masih memiliki rasio elektrifikasi rendah. “Melistriki wilayah-wilayah di Indonesia bukan sekedar mengejar target rasio elektrifikasi karena yang paling utama memberi akses listrik bagi yang belum memiliki. Yang terpenting adalah pemerataan bukan hanya mengejar target”, demikian ditegaskan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan belum lama ini.

Saat ini lanjut Jonan, rasio elektrifikasi sekarang 88% jadi dalam dua tahun ini naik 5% dari 83 ke 88 dan ditargetkan pada tahun 2019 mendatang meningkat menjadi 97%. “Selain target pemerataannya juga harus jalan, bukan rasio elektrifikasi dibagi nasional nanti akan dapat kurang atau lebih nah ini yang menjadi tantangan tersendiri buat PLN”, tegas Jonan.

Untuk melistiki wilayah terisolir pemerintah mengupayakan beberapa program-program terobosan antara lain Program Indonesia Terang yang juga terintegrasi dengan program listrik 35.000 MW. Proyek Kelistrikan 35.000 MW merupakan proyek pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang dilaksanakan guna mewujudkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan rasio elektrifikasi. Proyek 35.000 MW tidak hanya bergerak pada proyek pembangunan pembangkit, namun juga pada transmisi dan gardu induk.    (us)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *