Jakarta, MinergyNews– Blok Cepu di Jawa Timur mengalami penurunan produksi secara alamiah, seperti halnya karakteristik reservoir yang berlaku umum di seluruh dunia. Mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah meminta ExxonMobil Cepu mengoptimalkan potensi cadangan migas di blok tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam acara Peresmian Pengapalan Lifting Minyak ke-700 Blok Cepu, Rabu (9/6), mengatakan Blok Cepu sangat penting bagi Indonesia karena berkontribusi sekitar 30% dari total produksi minyak di Indonesia. Namun demikian, saat ini terdapat indikasi teknis seperti meningkatnya kadar air yang menunjukkan adanya penurunan produksi.
Untuk menahan laju penurunan produksi dari blok tersebut, Menteri ESDM telah meminta ExxonMobil mengoptimalkan pekerjaan di sumur-sumur migas. “Pekerjaan-pekerjaan subsurface akan terus dilakukan lebih intens. Selain itu masih ada potensi 40 juta barel yang akan dieksploitasi dari sumber-sumber di sekitar Cepu,” tutur Menteri ESDM.
Berdasarkan penilaian teknis, cadangan minyak Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 940 juta barel minyak dari 450 juta barel minyak saat final investment decision (FID). Meski demikian, tingkat produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip itu kini sudah mulai menurun secara alamiah.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya bersama ExxonMobil dan para mitra Blok Cepu tengah mendiskusikan berbagai inisiatif untuk mengelola penurunan produksi yang mulai terjadi, termasuk menjajaki peluang-peluang baru di Blok Cepu.
Kegiatan produksi minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, dimulai pada tahun 2008 dan fasilitas produksi utama mulai dioperasikan pada kuartal 4 tahun 2015.
Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu ditandatangani pada 17 September 2005, mencakup wilayah kontrak Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ampolex Cepu Pte Ltd., PT Pertamina EP Cepu dan empat Badan Usaha Milik Daerah: PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur) yang tergabung menjadi kontraktor di bawah KKS Cepu.
ExxonMobil memegang 45% dari total saham partisipasi Blok Cepu sisanya PEPC 45% dan BUMD 10%. KKS Cepu ini akan berlanjut hingga 2035. Sebuah Perjanjian Operasi Bersama atau Joint Operating Agreement (JOA) telah ditandatangani oleh pihak-pihak kontraktor, di mana ExxonMobil berperan sebagai operator.
Lapangan minyak Banyu Urip merupakan pengembangan pertama di dalam wilayah kerja Blok Cepu dan mencakup pengembangan lapangan minyak Banyu Urip.
Fasilitas lapangan Banyu Urip, antara lain 3 wellpad dengan 29 sumur produksi dan 16 sumur injeksi, 1 sumur produksi di lapangan Kedung Keris terhubung ke wellpad C menggunakan pipa bawah tanah sepanjang 14 km. Pipa bawah tanah (72 km) melewati lebih dari 50 desa dan pipa bawah laut (23 km) ke Floating Storage and Offloading (FSO) vessel, FSO Gagak Rimang yang terletak di lepas pantai utara Tuban, dengan kapasitas penyimpanan sebesar 1,9 mmbbl dan rata-rata ukuran parcel 0,6-0,9 mmbbl.