Jakarta, MinergyNews– Pemerintah mendukung pembangunan terminal mini LNG dengan moda transportasi truk di berbagai wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Infrastruktur ini tepat digunakan untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
“Terminal mini LNG untuk listrik di Sambera, berhasil diwujudkan. Ini pertama kalinya sejak republik ini berdiri, kita menggunakan mini LNG,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto di Gedung Migas, Rabu (12/12).
Dia mengatakan, Indonesia masih mengekspor LNG ke berbagai negara. Peluang inilah yang dimanfaatkan agar LNG dapat digunakan bagi kebutuhan domestik. “Daripada terus ekspor, kita gunakan untuk dalam negeri. Kita ganti ke gas, dari yang sebelumnya menggunakan BBM,” katanya.
Pembangunan terminal mini LNG, menurut Djoko, merupakan salah satu capaian Kementerian ESDM tahun 2018 yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat. Selanjutnya, pada tahun 2019 juga akan dibangun 5 mini LNG. Rencananya terminal mini LNG dengan moda transportasi truk yang dibangun PT Pertamina akan diresmikan lagi di Jayapura, Kendari, Ternate, Nabire dan Flores. Pasokan LNG berasal dari Kilang Bontang. Sedangkan PT PGN akan membangun di Papua dengan LNG yang dipasok dari Kilang Tangguh.
Terminal mini LNG telah digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. PLTG Sambera berkapasitas 2×20 MW merupakan pembangkit listrik pertama yang menggunakan regasifikasi LNG dengan moda transportasi truk di Indonesia. Setiap hari, sebanyak 24 truk bergantian mengisi PLTG setiap 2 jam sekali.
Dengan masuknya LNG, biaya energi primer yang dihemat sebesar Rp 70 miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38%.