Lanny Jaya, MinergyNews– Program bantuan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) yang dibagikan gratis bagi masyarakat yang berada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3 T) kini telah masuk ke Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bertani ubi ini sudah dapat menikmati penerangan di malam hari berkat program strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai pengejawantahan program Nawacita Nasional.
Sebanyak 29.155 LTSHE telah disalurkan kepada warga Lanny Jaya, merupakan pembagian lampu terbanyak di Indonesia sejak digalakkannya program pra elektrifikasi pada 2017 lalu. “Kami diminta untuk mengawal betul program nawacita ini untuk mewujudkan keadilan di seluruh rakyat Indonesia. Kami diserahkan tanggung jawab oleh Bapak Presiden untuk mewujudkan apa yang kami cetus sebagai energi berkeadilan”, ungkap Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Rabu (14/2), saat menyambangi Kantor Bupati Lanny Jaya, meninjau pemanfaatan LTSHE bagi warga yang tersebar di daerah pegunungan tersebut.
Hingga saat ini, LTSHE yang sudah terpasang di Kabupaten ini total mencapai 19.531 unit yang tersebar di 21 distrik, sisanya, sebanyak 9.624 unit hanya tinggal dilakukan pemasangannya saja. LTSHE yang belum terpasang tersebut di antaranya berada di Distrik Milimbo, Malagai dan Malagaineri. “Ada 39 distrik di Kabupaten Lanny Jaya ini. Kita berikan total 29.000 lebih itu untuk 21 distrik dahulu. Sisa untuk 18 distrik akan terus kita usahakan karena desa-desa yang berada di distrik itu jalur hubungan darat juga susah, jadi dibagi untuk yang gampang dijangkau terlebih dahulu. Kita akan tetap komunikasi dengan rekan-rekan kita yang berada di lokasi sulit dijangkau itu, kalau sudah tercover maka akan kita teruskan pembagian LTSHE ini dan akan kita jalankan apapun resikonya,” jelas Vincen Jigibalom, Kepala Bagian pada Dinas ESDM Lanny Jaya yang bertanggungjawab mendistribusikan LTSHE.
Hadirnya lampu tersebut disambut antusias oleh warga setempat. Warga yang dahulu cuma mengandalkan api dan lilin untuk penerangan malam, saat ini tampak penerangan menghiasi Honai mereka. “Sekarang anak-anak kami bisa belajar dengan baik. Mata mereka tidak lagi sakit, tidak batuk-batuk karena asap api. Kami juga memanfaatkan lampu ini untuk bermusyawarah, berkumpul bersama penduduk untuk berdiskusi. Karena bisa dilepas itu, bisa juga kami jadikan senter”, jelas salah seorang warga Lanny Jaya, Rony Wanimbo.
Lampu berbasis energi surya ini diperuntukkan untuk menunggu jaringan PLN masuk ke daerah-daerah 3T selama 3 tahun sejak dilaksanakannya program penerangan hingga pelosok negeri. Sembari menunggu jaringan transmisi masuk, Rida menyarankan agar Kabupaten Lanny Jaya mulai mengedepankan energi baru terbarukan yang cocok di daerah pegunungan.
“Saya lihat ini potensi airnya banyak. Kalau punya kajian feasibility, silahkan pemerintah daerah Lanny Jaya ajukan saja ke Pak Menteri ESDM (Ignasius Jonan). Beliau selalu berpesan untuk tanah Papua, apapun saya kasih. Kalau mau Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), tulis saja ke Pak Menteri. Lampu ini ada umurnya, jadi sebelum habis, kita bangun yang permanen”, pungkas Rida.