Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menyampaikan bahwa penurunan ICP disebabkan salah satunya karena penurunan harga minyak mentah utama di pasar global akibat penurunan permintaan minyak global.
“Penurunan permintaan minyak global tersebut dipengaruhi oleh pelemahan kondisi makro ekonomi akibat suku bunga yang tinggi. Selain itu, juga terdapat peningkatan standar efisiensi dan peningkatan mobil listrik yang dapat membatasi permintaan minyak,” ujar Agus di Jakarta, Rabu (10/1).
Selain itu, penurunan harga minyak mentah utama di Pasar Internasional disebabkan juga karena adanya peningkatan produksi minyak dan stok distillate dan gasoline Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan mingguan EIA, produksi minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan pada akhir Desember 2023 dibandingkan akhir November 2023 sebesar 100 ribu bph menjadi 13.3 juta bph. Adapun untuk stok Distillate dan Gasoline AS mengalami peningkatan pada akhir Desember 2023 dibandingkan akhir November 2023, yaitu stok gasoline AS sebesar 7,9 juta bbl menjadi 226,1 juta bbl dan stok distillate AS sebesar 5 juta bbl menjadi 115,8 juta bbl.
“Selain itu, penurunan harga tersebut disebabkan juga adanya sentimen negatif pasar yang pesimis akan kepatuhan negara-negara OPEC+ untuk melakukan pemotongan produksi dan potensi negara lain akan mengikuti jejak Angola untuk keluar dari keanggotaan OPEC,” imbuh Agus.
Adapun perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Desember 2023 dibandingkan November 2023 adalah sebagai berikut :
- Dated Brent turun sebesar USD5,27/bbl dari USD83,18/bbl menjadi USD77,91/bbl.
- WTI (Nymex) turun sebesar USD5,26/bbl dari USD77,38/bbl menjadi USD72,12/bbl.
- Brent (ICE) turun sebesar USD4,71/bbl dari USD82,03/bbl menjadi USD77,32/bbl.
- Basket OPEC turun sebesar USD6,42/bbl dari USD84,92/bbl mejadi USD78,50/bbl.
- Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar USD4,12/bbl dari USD79,63/bbl menjadi USD75,51/bbl.