Jakarta, MinergyNews– PT Pertamina (Persero) akhirnya diputuskan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) untuk mengelola Blok Rokan, sumber minyak yang subur. Masalahnya tidak sedikit kalangan meragukan kemampuan SDM dan teknologi perusahaan energi nasional ini untuk mengelola Blok Rokan.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara optimistis sumber daya manusia PT Pertamina (Persero) akan mampu mengelola Blok Rokan, Riau, setelah kontrak dengan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berakhir pada 2021.
“Aneh saja, kalau masih ada pihak-pihak yang ragu dengan kemampuan bangsa sendiri. Pertamina sudah mampu dan terbukti sukses mengelola blok-blok pascaterminasi,” katanya, Jumat (3/8/2018) di Jakarta.
Menurut dia, karakteristik Blok Rokan tidak jauh berbeda dengan ladang migas yang kini dikelola oleh Pertamina.
“Rokan ini sangat cocok dengan portofolio Pertamina, tidak menjadi masalah bagi Pertamina untuk mengelolanya nanti pasca-2021,” katanya seraya mengimbuhkan Pemerintah juga bisa menghemat devisa sekitar USD 70 Miliar.
Dengan memakai teknologi yang sesuai untuk Blok Rokan, Marwan optimistis Pertamina mampu menjaga kesinambungan produksi ladang minyak terbesar di Indonesia tersebut.
Apabila memang diperlukan, lanjutnya, Pertamina bisa membeli teknologi lanjut (enhance oil recovery/EOR) atau membayar ahli-ahli terkait untuk membantu pengelolaan Blok Rokan pasca-2021.
Sebagai catatan, kemampuan teknologi EOR Pertamina tidak diragukan lagi. Pertamina memiliki dan mengelola Laboratorium Enhanced Oil Recovery (EOR) dan telah bekerjasama dengan SKK Migas, lembaga riset, universitas dan industri perminyakan baik nasional maupun internasional. Dengan penerapan teknologi yang diperlukan, baik aplikasi injeksi uap maupun alkalin/surfaktan/polimer (ASP), Pertamina mampu menjaga kesinambungan produksi.
Menurut Marwan, spektrum portofolio Pertamina di sektor hulu sangat luas mulai dari eksplorasi, pengembangan lapangan baru (green field), optimasi lapangan tua (brown field) baik di darat, daerah rawa, maupun laut.
“Kemampuan ekplorasi dibuktikan dengan temuan ekplorasi Parang-1. Salah satu dari 10 temuan terbesar dunia di tahun 2017 serta mampu menahan laju penurunan produksi (production decline rate) di sumur-sumur tua seperti di lapangan Sago, Tempino, Rantau dan lainnya,” papar Marwan.
Lebih jauh dia mengungkapkan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan proses kerja bisnis hulu Pertamina menggunakan Upstream Development Way (PUDW), Exploration Way, Drilling Way, dan Production Way secara aktif dan konsisten, sehingga pengelolaan lapangan lebih terstruktur, efisien dan efektif, serta dapat direplikasi menjadi acuan di tempat lain.
“Untuk mengoptimasi produksi dan cadangan dengan menerapkan teknologi lanjut, Pertamina memiliki dan mengelola Laboratorium Enhanced Oil Recovery (EOR) dan telah bekerjasama dengan SKK Migas, lembaga riset, universitas dan industri perminyakan baik nasional maupun internasional,” katanya.
Melalui Pertamina International EP (PIEP), lanjut Marwan, Pertamina telah menjadi operator maupun partner kerja di tingkat internasional di 12 negara baik fase eksplorasi maupun fase produksi yaitu di Malaysia, Myanmar, Irak, Aljazair, Gabon, Namibia, Nigeria, Tanzania, Prancis, Italia, Kanada, Kolombia.