Jakarta, MinergyNews– Peningkatan kebutuhan dan penggunaan energi merupakan indikator peningkatan kemakmuran negara, cara dan metode apapun dapat ditempuh untuk program pemerataan operasional energi salah satunya penggunaan teknologi surya. Penggunaan energi surya di Indonesia sebagai bagian dari energi terbarukan memiliki prospek yang baik didukung dari iklim tropis wilayah sehingga penggunaan energi tersebut dapat optimal. Salah satu upaya pemerintah dalam pemerataan pembangunan melalui pemanfaatan energi surya adalah Program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk 2.500 desa.
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) merupakan program pemerintah untuk menerangi desa-desa yang minim prasarana listrik berjumlah mencapai lebih dari 2.500 desa di seluruh Indonesia. Paket LTSHE akan dibagikan kepada masyarakat lokal daerah yang berada di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, daerah terisolir dan pulau terdepan atau jauh dari jangkauan PLN, sehingga sumber energi utama yang dapat diandalkan murni dari tenaga surya. Prinsip kerja LTSHE adalah energi dari matahari ditangkap oleh panel surya, diubah hub kapasitor menjadi energi listrik kemudian disimpan di dalam baterai. Energi listrik di dalam baterai ini yang kemudian digunakan untuk menyalakan lampu.
Prinsip tersebut merupakan prinsip photovoltaic yang menggabungkan antara sumber energi konvensional dengan sumber energi terbarukan. Penggunaan LED sebagai bagian dari komponen lampu yang menghasilkan daya 3 Watt jauh lebih efisien dibanding lampu pijar yang mencapai 25 Watt, penggunaan Lithium Battery sebagai kapasitor menjadikan lampu dapat beroperasi maksimum hingga 60 jam,mserta penggunaan chip management energy sebagai inverter yang mengolah energi masuk, energi simpanan, dan energi keluaran. Komponen terpenting dalam LTSHE adalah Panel Surya (Solar Cell). Sel surya merupakan komponen elektronika yang mengubah energi surya menjadi energi listrik dalam aliran arus searah (DC) dengan tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu solar cellsangat kecil sehingga beberapa solar cell harus digabungkan menjadi module dengan daya keluaran yang dapat dihasilkan 130 Watt. daya yang cukup besar jika untuk menyalakan 1 (satu) buah LTSHE sebesar 3 Watt. Selain daya yang dibutuhkan tergolong rendah, pemanfaatan energi surya memiliki keunggulan yakni persediaan energi surya hampir tidak terbatas (terutama di daerah iklim tropis), tanpa adanya polusi dan emisi gas rumah kaca yang sehingga mengurangi indikasi pemanasan global.
Wilayah penerima LTSHE yang menjadi sasaran program pada tahun 2017 sebagian besar Indonesia Bagian Timur, yakni Papua Barat (83 desa atau 70.847 penerima), Papua (610 desa atau 6.408 penerima), dan Maluku (23 desa atau 2807 penerima). Hal ini disebabkan pangsa pasar penerima LTSHE pada wilayah tersebut masih dominan dengan kriteria terpencil, terdepan, dan tertinggal (3T).
Program LTSHE untuk penerangan 2.500 desa atau 256.114 rumah dengan kriteria 3T tersebut sangat tepat untuk percepatan dan pembangunan wilayah dalam jangka waktu pendek, suatu wilayah pedesaan dengan kondisi penduduk tesebar dan pola distribusi permukiman yang sulit dijangkau jaringan listrik PLN. Target penerangan 2.500 desa tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 2 tahun (2017 – 2018) dan dipasang di 5 provinsi Indonesia. Progres sampai dengan Oktober 2017, penyuluhan dan instalasi LTSHE sudah tersebar hingga 80.332 rumah dan pertumbuhan tersebut terus berlanjut dengan target pada tahun 2018 tersebar di 15 kabupaten / kota atau 175.782 rumah. Upaya untuk mencapai target tersebut, Kementerian ESDM tengah mempersiapkan Peraturan Menteri ESDM tentang tata cara penyediaan LTSHE bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik. Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah terkait program pembagian LTSHE. Hal tersebut mendorong pencapaian salah satu visi KESDM yakni mewujudkan pemerataan akses listrik demi terwujudnya energi berkeadilan di Indonesia.