Jakarta, MinergyNews– Naslih (53), warga Desa Bulurejo, Lumajang, terlihat mengantuk ketika duduk di ruang Kantor Dinas Perikanan Lumajang, pekan lalu. Letak kampungnya yang harus melewati perbukitan dan jalan berkelok, juga membuatnya sedikit pusing selama perjalanan. Meski demikian, bapak tiga anak tetap bersemangat mengikuti acara penyerahan secara simbolis paket perdana Program Konversi BBM ke Bahan Bakar Gas Untuk Kapal Penangkap Ikan Bagi Nelayan Sasaran Tahun 2019.
“Kami berangkat pukul 5 pagi dari kampung. Kira-kira perjalanan sekitar 3 jam, baru sampai ke tempat acara ini,” kata Naslih membuka percakapan.
Naslih merupakan salah satu nelayan penerima paket perdana program konversi ini. Dia senang karena terpilih dari puluhan nelayan lain di kelompoknya. “Belum semua di kelompok kami bisa menerima paket ini. Semoga program ini berkelanjutan, jadi semua nelayan bisa menerimanya,” harapnya.
Nelayan yang sudah melaut puluhan tahun ini mengaku belum banyak mendengar tentang konverter kit (konkit) berbahan bakar LPG yang akan dibagikan Pemerintah. Namun berdasarkan info yang diterimanya, biaya operasional melaut akan lebih hemat. “Kami kan tinggal di daerah terpencil. Jadi nggak tahu kalau di daerah lain sudah ada yang menerima paket ini. Infonya akan lebih hemat kalau kita melaut pakai LPG. Kami senang, alhamdulillah kebagian (paket),” tukasnya.
Menurut Naslih, selama ini dia mengggunakan BBM untuk melaut. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk sekali melaut sekitar Rp 100.000 untuk membeli 10 liter bensin. “Kalau melautnya sampai sore, butuh 10 liter bensin. Berangkat jam 5 pagi. Kami itu melaut lihat musimnya. Kalau musimnya sampai sore, ya pulang sore dan butuh banyak bensin. Dengan pakai LPG, katanya butuh 1 tabung saja. Harganya kalau di kampung bisa sampai Rp 20.000,” tuturnya.
Dalam sebulan, Naslih dan teman-temannya melaut sekitar 15 hari. Gelombang laut yang besar, kerapkali menjadi kendala mereka untuk mencari nafkah di laut. Karena itulah, pendapatan mereka tidak pasti. Selama musim menganggur, sebagian beralih profesi menjadi buruh tani.
Hal senada juga diungkapkan Sumarji (45), Ketua Kelompok Nelayan Putera Samudra, Lumajang. “Baru sekarang ini kami bisa melaut lagi. Bulan-bulan lalu, kami tidak bisa melaut karena ombaknya besar. Pokoknya kalau gelombangnya enak, ya kita melaut. Kalau nggak, ya menganggur. Dalam sebulan, bisa melaut 15-20 hari itu sudah bagus,” tuturnya.
Pendapatan yang tidak pasti tersebut, membuat para nelayan merasa gembira dengan adanya Program Konversi BBM ke Bahan Bakar Gas Untuk Kapal Penangkap Ikan Bagi Nelayan Sasaran. “Uang operasional akan lebih hemat. Kami bisa menyimpan uang untuk kebutuhan lainnya,” kata Sumarji.
Program ini juga dinilainya sebagai bentuk kepedulian Pemerintah terhadap para nelayan kecil. Diharapkan program ini dapat berlanjut tahun depan, agar lebih banyak nelayan yang menikmatinya.
“Kami berterima kasihh dengan adanya program Kementerian ESDM ini. Semoga program ini bisa menjadikan kelompok nelayan lebih berkembang dan lebih banyak lagi teman-teman kami yang berkesempatan menerima paket ini,” tutup Sumarji.
Paket perdana konkit BBM ke Bahan Bakar Gas untuk Kapal Penangkap Ikan bagi Nelayan Sasaran terdiri atas beberapa komponen yaitu mesin penggerak, konverter kit, as panjang, baling-baling, 2 buah tabung LPG 3 kg, as panjang dan baling-baling, serta aksesoris pendukung lainnya (reducer, regulator, mixer, dll).
Kriteria nelayan yang menerima bantuan adalah nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT) dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).
Pembagian paket konkit untuk nelayan sasaran telah dilaksanakan Pemerintah sejak 2016. Hingga tahun 2018, Pemerintah telah mendistribusikan 47.554 unit paket konkit di 73 kabupaten/kota dan pada tahun 2019 ini akan dilaksanakan pembagian sebanyak 13.305 unit paket di 38 kabupaten/kota. Selanjutnya pada tahun 2020, direncanakan akan dibagikan 40.000 unit paket di 26 provinsi.