Jakarta, MinergyNews– Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatro) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Energy Fest 2022, Minggu (9/10) di Gedung Fakultas Teknik Unila, Bandar Lampung yang dihadiri lebih dari 100 peserta yang hadir secara offline.
Meningkatkan literasi transisi energi untuk para mahasiswa menjadi tujuan Energy Fest yang menghadirkan narasumber ASN Kementerian ESDM Penemu APDAL (Alat Penyalur Daya Listrik) Fadholi Ardin, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dan Dosen Teknik Elektro Unila Khairudin.
“Apa yang kami lakukan dari Kementerian ESDM adalah menyerukan isu transisi energi yang menjadi sangat penting saat ini. Transisi energi ini adalah sebuah keniscayaan dan kita harus aware dan bersama-sama mengawalnya, terlebih isu ini juga akan diangkat pada KTT G20 di Bali November 2022 nanti,” ujar Subkoordinator Rencana dan Program Komunikasi dan Informasi mewakili Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Khoiria Oktaviani dalam sambutannya.
Ia menyebut Energy Fest merupakan bagian dari kampanye edukasi bagi generasi milenial ini telah dilaksanakan di berbagai institusi pendidikan baik tingkat Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada kesempatan ini juga untuk menyampaikan isu-isu yang diangkat dalam G20, termasuk Bali Compact.
“Kita telah menyelenggarakan Energy Fest, Goes to Campus bukan hanya dilaksanakan di Pulau Jawa tapi juga di luar Jawa seperti di Lampung ini. Kami akan terus melakukan kolaborasi dengan mahasiswa di kampus. Selain untuk mejalin silaturahim juga untuk aktif berperan dalam kampanye transisi energi,” ujar Khoiria.
Melanjutkan yang disampaikan Khoiria, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik Unila, Ageng Sadnowo Repelianto mengatakan bahwa isu transisi energi adalah isu yang sangat menarik sekali terutama untuk kalangan mahasiswa di kampus.
“Isu yang sangat menarik sekali saat ini terkait dengan transisi energi. Memang saatnya harus kita mulai dari sekarang terutama di kampus. Mengapa? Karena di kampus itu menurut saya seperti ‘artis’ di masyarakat. Apa yang dilakukan di kampus maka itu akan cepat menyebar di masyarakat,” kata Ageng.
Ia berharap dari kegiatan ini dapat lahir semangat berbagi dan mengedukasi di kampus, tidak hanya berwacana saja tapi juga mengimplementasikan di masyarakat. “Saya berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai disini tapi berlanjut hingga ke implementasi,” pungkasnya.
Selanjutnya dalam sesi diskusi ASN Berprestasi Kementerian ESDM Fadholi Ardin memaparkan peran strategis Indonesia sebagai negara dengan potensi energi besar energi baru terbarukan (EBT) dalam mendorong transisi energi, serta menjelaskan terkait temuannya Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) dan stasiun pengisian energi listrik yang biasa disebut SPEL, yang telah diimplementasikan pada 433 desa belum berlistrik di Indonesia.
“Alat Penyalur Daya Listrik atau APDAL ini merupakan alat penyimpanan daya listrik layaknya powerbank yang digunakan untuk melistriki rumah di wilayah terpencil. Kapasitas yang dimiliki pada sebuah APDAL sebesar 500 watt hour (Wh). Dengan pengisian selama 4-5 jam di SPEL berbasis tenaga surya, alat tersebut mampu menyuplai 3 lampu selama 2-3 hari,” ujar Fadholi.
Untuk mengisi daya di APDAL, PLN membangun Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) yang juga dilengkapi dengan lampu untuk penerangan jalan. Paket APDAL ini diberikan oleh Pemerintah secara gratis dan tidak untuk diperjualbelikan.
Sementara itu Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam transisi energi. Menurutnya pengelolaan energi tidak bisa berdiri sendiri berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, Kesehatan, perubahan iklim, lingkungan hidup dan pertahanan dan keamanan.
“Keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap aspek pengelolaan energi adalah sebuah keharusan dimulai dari tahap perencanaan, penyediaan, pemanfaatan, pengusahaan dan pengawasan,” ujar Mamit.
Peran serta masyarakat juga sangat penting jika ingin tercipta kebijakan yang berorientasi pada tansisi energi yang berkelanjutan. “Partisipasi masyarakat dalam menuju transisi energi adalah sebuah keharusan karena transisi energi memberikan dampak bagi perekonomian nasional, masyarakat dan pemerintah daerah,” tandas Mamit.
Mendukung hal tersebut, Dosen Teknik Elektro Unila Khairudin dalam kesimpulannya juga menegaskan transisi energi merupakan sebuah keniscayaan atau suatu keharusan dan kebijakan transisi energi ini harus dirumuskan dengan baik mempertimbangkan segala aspek terutama keterkaitannya dengan sistem tenaga listrik dan Unila secara bertahap telah ikut serta dalam proses transisi energi yang sedang berlangsung saat ini.