Jakarta, MinergyNews– Kinerja Kilang LNG Donggi Senoro LNG (DSLNG) sepanjang 2016 mencatat performa yang melampaui target.
Dari sisi produksi, hingga akhir Desember 2016, kilang yang berlokasi di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah tersebut, diproyeksikan mampu memproduksi LNG sebesar 2.2 juta ton dari rencana 2 juta ton.
“Kinerja tahun 2016 ini sungguh menggembirakan, baik dari sisi produksi maupun keselamatan. Ada penambahan produksi dengan masuknya pasokan gas dari CPP Donggi. Selain itu kilang bisa beroperasi normal sepanjang tahun ini dengan catatan keselamatan kerja yang baik,” jelas Direktur Urusan Korporasi Aditya Mandala dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Aditya mengatakan, kilang DSLNG mendapat pasokan gas dari JOB Pertamina Tomori Sulawesi dan Pertamina EP Pengembangan Gas Matindok. Terhitung sejak April 2016, pasokan gas dari Central Processing Plant (CPP) Donggi milik Pertamina EP mulai mengalir sehingga volume gas rata-rata yang diolah di Kilang DSLNG menjadi 355 MMSCFD dari rencana 335 MMSCFD.
Di sisi keselamatan, kilang membukukan 20 juta jam kerja aman tanpa kecelakaan sehingga berhasil menerima penghargaan Patra Karya Nirbhaya Utama dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan dari sisi pengelolaan lingkungan, DSLNG berhasil memperoleh Peringkat Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Aditya menambahkan bahwa kilang LNG Donggi Senoro dapat menjaga kestabilan operasi di tengah situasi harga minyak yang menurun dan suplai LNG yang berlebih. Dalam periode Januari-November 2016, kilang berhasil mengirimkan satu kargo ke konsumen domestik ditengah kondisi suplai produsen LNG domestik yang berlebih.
Kinerja operasi yang mumpuni juga diikuti dengan keberlanjutan program sosial kemasyarakatan di berbagai bidang antara lain pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup, Di sektor pendidikan, DSLNG meneruskan kerja sama dengan Balai Latihan Kerja Palu untuk program ketrampilan vokasi pengelasan hingga mendapat sertifikasi nasional. DSLNG juga membantu masyarakat yang putus sekolah di sekitar area kilang untuk mendapatkan ijazah Sekolah Menengah melalui kejar paket B dan C. Di sektor pemberdayaan ekonomi, DSLNG mendorong penguatan kelompok simpan pinjam di tiga kecamatan dengan total jumlah simpanan mencapai Rp 400 juta.
Aditya mengemukakan bahwa perusahaan menaruh perhatian penting pada peningkatan kapasitas masyarakat. “Dengan penguatan kapasitas, sumber daya lokal bisa maju dan berkembang melalui kemampuan yang dimiliki. Sebagai contoh, mereka yang telah mengikuti latihan vokasional tidak hanya bisa bersaing di industri konstruksi, mereka juga bisa membuka usaha mandiri,”ujarnya.
Komitmen penguatan kapasitas lokal juga dilakukan kepada berbagai usaha bisnis setempat. Berbagai usaha penunjang seperti kontraktor penyedia transportasi, kontraktor sipil, penyedia tenaga kerja, mendapat kesempatan menjadi rekanan.
Melalui berbagai program CSR, di tahun 2016, DSLNG berhasil memperoleh penghargaan Bronze dalam ajang Global CSR Summit and Award. Perusahaan juga meneruskan kemitraan strategis dengan pemerintah yaitu dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk program dukungan Desa Mandiri dan Kementerian Pertanian melalui Badan Penerapan Teknologi Pertanian.
Dengan kinerja yang baik di 2016, DSLNG tetap mengantisipasi berbagai langkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan kinerja di tahun 2017. Hal ini tidak lepas dari dukungan yang baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Kilang LNG Donggi Senoro telah memasuki tahap operasional sejak Juni 2015 dan pengiriman kargo LNG telah dilakukan sejak 2 Agustus 2015 untuk pasar domestik maupun internasional.
Selain memproduksi LNG, kilang juga menghasilkan kondensat sebagai produk samping dari pengolahan gas menjadi LNG.
Kilang LNG Donggi Senoro menerima pasokan gas dari produsen di hulu yaitu JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (PMTS) yang mengelola Blok Senoro Toili, dan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) yang mengelola Blok Matindok. Selain memasok ke kilang LNG Donggi Senoro, produsen gas tersebut juga memasok untuk industri domestik, antara lain untuk pabrik ammonia dan pembangkit listrik.
Kilang LNG Donggi-Senoro menjadi proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir yang memisahkan produksi gas di hulu dengan pengolahan gas alam cair di hilir. Model pengembangan hilir memungkinkan optimalisasi penerimaan negara sebab biaya pembangunan kilang tidak membebani cost recovery.