“Kami mengapresiasi apa yang sudah dilakukan PT Freeport Indonesia khususnya untuk masyarakat Papua. Apa yang sudah dilakukan sudah sangat berdampak untuk masyarakat yang ada di Papua dan juga untuk Indonesia secara umumnya,” ujar ketua DPR RI Puan Maharani saat melakukan kunjungan kerja ke PT Freeport Indonesia, Minggu (10/12) kemarin.
Menurut Puan, dengan sumber daya yang sedemikian besarnya baik yang ada di tambang terbuka maupun yang ada di underground memang sudah seharusnya dapat bermanfaat baik untuk masyarakat Papua dan Indonesia.
Serapan tenaga kerja lokal atau asli Papua menjadi sorotan Ketua DPR RI. Saat ini, dari total karyawan PTFI saat ini sebanyal 6.344 pegawai, sebanyak 2.397 (37,8%) pegawai asli dari Papua.
“Serapan tenaga lokal yang diberdayakan di sini (PTFI) sudah sangat banyak. Kedepannya, tentu saja masyarakat Papua yang sudah diberdayakan dapat bertambah dan kemudian diakomodir oleh PT Freeport Indonesia,” lanjut Puan.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyatakan, sejak awal hadir di Papua, PTFI sudah berkomitmen untuk masyarakat Papua karena PTFI merupakan bagian dari masyarakat Papua. “Sejak awal komitmen kami untuk masyarakat sangat besar, kami adalah bagian dari Papua, kami sudah berada di Papua sudah 57 tahun dan tentu saja kami harus tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat Papua,” kata Tony.
Tony mengungkapkan, serapan tenaga kerja lokal asli Papua terus bertambah bukan hanya terbatas karyawan biasa namun juga ada yang menjabat pada level direksi dan manager.
“Saat ini tenaga kerja yang di isi oleh masyarakat papua sebanyak 40%, ada 1 anggota direksi asli papua, ada 9 Vice Presiden asli Papua, dan ada 150an levelan manager juga asli Papua,” pungkas Tony.
Selain serapan tenaga kerja, diutarakan juga Tony program pemberdayaan masyarakat sekitar terus diupayakan dan ditingkatkan tidak hanya terbatas untuk Kesehatan dan pendidikan, namun juga infrastruktur.
“Kita terus berkomitmen memberdayakan masyarakat sekitar juga tentu saja dengan program CSR kami yang begitu masif sekitar Rp1,5 triliun per tahun untuk kepentingan kesehatan, pendidikan dan juga ekonomi berbasis desa dan juga program-program infrastruktur dan sebagainya. Ini semua akan terus berjalan sampai tambang kami berakhir. Kita akan cari-cari program baru lagi dan lebih baik lagi untuk kepentingan masyarakat karena kami yakin dan percaya bahwa tidak ada perusahaan yang bisa berhasil di tengah masyarakat dan lingkungan yang gagal,” tutup Tony.