Jakarta, MinergyNews– Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi ekspor mineral mentah nikel ore dan bauksit masih rendah dari rekomendasi yang dikeluarkan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot kepada wartawan di Jakarta.
Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian ESDM, rekomendasi ekspor yang telah dikeluarkan oleh KESDM sampai dengan 30 November 2017 untuk komoditas nikel 14 perusahaan sebesar 22,9 juta ton. Namun sampai dengan 30 November 2017 realisasi ekspor bijih nikel kadar rendah baru mencapai tiga juta ton.
Bambang Gatot menjelaskan, tidak tercapainya rekomendasi itu karena adanya kewajiban-kewajiban yang tidak terpenuhi oleh perusahaan. Termasuk mengenai masalah lingkungan.
“Itu realisasinya masih kecil, hanya 3,07 juta ton realisasi ekspornya. Memang tidak mudah karena ada kewajiban-kewajiban termasuk mengenai lingkungan yang harus dipatuhi,” ujarnya.
Namun, tambah Bambang, untuk komoditas bauksit rekomendasi ekspor telah diberikan kepada enam perusahaan dengan jumlah rekomendasi sebesar 14,9 juta ton dan realisasi sampai dengan 30 November 2017 sebesar 696 ribu ton. “Untuk bauksit ada enam. Ini semuanya yang dapat rekomendasi. Rekomendasinya 14,9 juta ton. Tapi realisasinya baru 696 ribu ton,” katanya.
Menurut dirinya, meski kewajiban ekspor harus dipenuhi sesuai dengan rekomendasi, maka jika tidak mencapai target kuota tersebut tidak bisa di carry forward untuk kuota periode berikutnya.
“Jika sampai batas waktu, setahun (saat pemberian ekspor), kegiatan ekspor mereka belum mencapai target, maka kuota tersebut tidak bisa di-carry forward. Salah mereka kenapa tidak bisa memanfaatkan,” tuturnya.
Sementara itu, lanjutnya, pemerintah juga meyakini bahwa rekomendasi kuota ekspor kedepan akan bertambah. Pasalnya, perusahaan tambang akan meminta penambahan volume rekomendasi ekspor.