Jakarta, MinergyNews– Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meresmikan 8 Mobile Power Plant (MPP) tersebar dengan total kapasitas 500 MW, acara peresmian ini dipusatkan di MPP Mempawah 4 x 25 MW yang terletak di Desa Jungkat, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Pontianak ( 18/3).
Selain Presiden Jokowi, turut hadir mendampingi Presiden yakni Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan serta sejumlah menteri Kabibet Kerja dan Gubernur Kalimantan Barat Cornelis.
Dalam peresmian tersebut, Jokowi mengatakan bahwa PLN berhasil menepati komitmen penyelesaian pembangunan MPP.
“Saat saya kemari, saya tanyakan kapan MPP ini akan selesai, pak Dirut PLN menjanjikan kepada saya 6 bulan, dan beliau berhasil buktikan hal tersebut, PLN berhasil buktikan hal tersebut,” kata Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi juga mengatakan bahwa listrik merupakan elemen yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia.
“Tidak akan ada pabrik, investor dan pembangunan lainnya jika tidak ada listrik, padahal berbagai investasi tersebut berpeluang menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu kecepatan ini sangat dibutuhkan, dan PLN berhasil mewujudkannya,” terang Jokowi.
Jokowi juga berpesan agar pasokan gas untuk pembangkit listrik MPP Pontianak agar diprioritaskan.
Adapun ke 8 MPP yakni :
- MPP Jeranjang- Lombok dengan kapasitas ( 2 x 25 MW) yang telah beroperasi sejak tanggal 27 Juli 2016.
- MPP Air Anyir- Bangka dengan kapasitas (2×25 MW) beroperasi sejak 13 september 2016
- MPP Tarahan – lampung (4×25 MW) beroperasi sejak 29 september 2016
- MPP Nias (1×25 MW) Mulai beroperasi pada 31 oktober 2016
- MPP balai Pungut-Riau dengan kapasitas (3×25 MW) mulai beroperasi sejak 13 November 2016
- MPP Suge- belitung (1×25 MW) mulai beroperasi pada 22 November 2016
- MPP Paya Pasir-Medan berkapasitas (3×25 MW) mulai beroperasi sejak 9 desember 2016.
- MPP Pontianak kapasitas (4×25 MW) mulai beroperasi pada 8 November 2016.
Keseluruhan pembangkit tersebut berhasil diselesaikan PLN melalu penugasan kepada anak Perusahaan PLN yakni Bright Batam hanya dalam waktu 6 Bulan, terhitung sejak di groundbreaking oleh Presiden pada semester awal 2016 lalu. Pembangungan keseluruhan proyek tersebut menelan biaya lebih dari 8 triliun rupiah.Kedelapan pembangkit listrik tersebut merupakan program 35.000 MW.
Peresmian 8 unit pembangkit listrik tenaga gas ini merupakan bukti komitmen PLN dalam percepatan program 35.000 MW dalam peningkatan ratio elektrifikasi tanah air sebesar 99,7 % pada 2019.
“Kami berharap dengan adanya 8 tambahan MPP tersebar berkapasitas total 500 MW ini bisa menambah keandalan sistem kelistrikan terutama di NTB, Sumatera Utara, Lampung, Bangka Belitung, Pekanbaru Riau serta kalimantan Barat. Ketersediaan energi listrik sangat strategis karena berdampak pada perkembangan investasi daerah dan perekonomian masyarakat,” ujar Sofyan Basir.
Sejalan dengan peresmian ini, PLN juga telah berhasil menyelesaikan pembangunan Infratruktur kelistrikan di Kalimantan Barat yakni:
- PLTU ketapang 2×10 MW
- SUTT 150 kV Parit Baru – Kota Baru sepanjang 44 kms
- SUTET 275 kV bengkayang-Jagoibabang sepanjang 162 kms
- SUTT 150 kV Singkawang-Bengkayang sepanjang 140 kms
- SUTT 150 kV Singkawang- Sambas sepanjang 118 kms
- GI 150 kV Kota Baru dengan daya 30 MVA
- GI 150 kV Sambas dengan daya 30 MVA
- GITET 275 kV bengkayang 2×250 MVA
- GI 150 kV Bengkayang sebesar 30 MVA
Khusus untuk sistem Khatulistiwa dengan penambahan MPP Pontianak sebesar 100 MW kini total daya mampu di sistem khatulistiwa mencapai 426 MW dengan beban puncak 300 MW.
“100 MW untuk sistem khatulistiwa artinya bisa memberi peluang penyambungan listrik untuk 120 ribu pelanggan baru,” tambah Sofyan Basir .
Penyelesaian infrastruktur kelistrikan juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat, stakeholder dan Pemerintahan setempat yang memberikan bantuan serta kemudahan dalam proses pembangunan kelistrikan. (us)