“Sejak Konsultasi Energi Bilateral terakhir pada tahun 2022, sektor energi secara internasional dan nasional telah berkembang untuk menjawab tantangan transisi energi. Indonesia dengan langkah nasionalnya juga mengalami perkembangan dan kemajuan, baik pada sektor Energi Baru dan Terbarukan maupun pada sektor Migas,” papar Plt. Direktur Jenderal Migas Dadan Kusdiana saat mengawali Scene Setting Session: Developments in the Two Countries Energy Sectors pada pertemuan INBEC di Jakarta, Senin (1/7).
Dadan menyampaikan, Indonesia terus meningkatkan komitmennya untuk berkontribusi terhadap pengurangan emisi global. Pada COP27, Indonesia telah mendeklarasikan Enhanced Nationally Defeded Contribution (E-NDC) dengan meningkatkan target penurunan emisi dari 29% menjadi 32%.
Dadan memaparkan bahwa kontribusi sektor energi juga meningkat dari 314 juta ton CO2 menjadi 358 juta ton CO2e pada tahun 2030. Pada tahun 2023, pencapaian penurunan emisi sebesar 123,2 juta ton CO2e. Jumlah tersebut sudah melampaui target tahun ini sebesar 116 juta ton CO2e. Capaian tersebut sebagian besar diwujudkan melalui pengembangan energi baru dan terbarukan serta penerapan efisiensi energi.
“Untuk jangka panjang, Indonesia juga menargetkan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Di bidang energi, penurunan emisi akan dicapai melalui diversifikasi, konservasi, dan dekarbonisasi sektor energi yang lebih masif,” papar Dadan.
Dalam hal penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, jelas Dadan, biofuel menjadi alternatif pengganti bahan bakar fosil di Indonesia. Biofuel yang berasal dari energi terbarukan menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar fosil. Hal ini mengurangi impor bahan bakar dan menghemat devisa dan neraca perdagangan serta menjaga ketahanan energi di Indonesia.
“Penerapan biodiesel telah berjalan sukses selama lebih dari 17 tahun dan menjadikan Indonesia sebagai pionir dan pemimpin dalam pemanfaatan biodiesel. Mulai tanggal 1 Februari 2023 lalu, kami telah menerapkan B35 secara nasional. Pemanfaatan Biodiesel pada tahun 2023 mencapai lebih dari 12,2 juta kL, memberikan manfaat ekonomi hingga 15,82 triliun rupiah dan diproyeksikan menghasilkan penghematan lebih dari 120 triliun rupiah,” ungkap Dadan.
Pada bidang minyak dan gas bumi, Pemerintah mempunyai komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengembangan dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
“Indonesia juga mempunyai potensi penyimpanan CO2 yang signifikan dengan total 577,6 Giga Ton, yang terdiri dari 4,8 Giga Ton Depleted Oil and Gas Reservoir dan 572,8 Giga Ton Saline Aquifer. Potensi penyimpanan CO2 tersebut tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, yakni di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua,” imbuh Dadan.
Dadan juga mengungkapkan bahwa Indonesia meyakini teknologi asal Norwegia merupakan salah satu yang paling tepat untuk diterapkan di Indonesia, khususnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Air. Dadan juga mengucapkan terima kasih kepada Norwegia yang telah berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai proses bisnis dan regulasi di CCS/CCUS.