Jakarta, MinergyNews– Realisasi investasi subsektor Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menyentuh angka 294 USD sampai dengan kuartal-I tahun 2018. Secara persentase, angka tersebut dikonversi menjadi 14,7% dari target investasi subsektor EBTKE pada tahun 2018 sebesar USD 2 miliar.
“Hingga akhir triwulan satu, realisasi investasi telah mencapai USD294 juta atau sekitar 14,7% dari target investasi 2018,” kata Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari, di Jakarta.
Ida merinci, besaran target investasi di 2018 terdiri dari USD 5 juta untuk bidang konservasi energi, USD 72 juta untuk investasi bidang bioenergi, USD 718 juta untuk aneka EBT, dan USD 1,21 miliar untuk investasi panas bumi.
Jumlah investasi subsektor EBTKE mengalami peningkatan dibandingkan realisasi pada tahun 2017 yang menembus angka USD1,34 miliar. Kenaikan target investasi 2018 melihat potensi bisnis EBT sekitar 225 Giga Watt (GW) pada 11 wilayah yang keekonomiannya menarik, yaitu Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik setempat lebih besar dari BPP Nasional.
Guna mengejar nilai investasi subsektor EBTKE sesuai target, Kementerian ESDM c.q Direktorat Jenderal EBTKE mengundang para pengembang bisnis EBT melalui Workshop Peluang Investasi EBT untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan EBT seperti pendanaan, pemerataan listrik hingga harga terjangkau. “Salah satunya kendala adalah ketersediaan dana murah/soft loan di dalam negeri masih terbatas,” ujar Dirjen EBTKE Rida Mulyana.
Meski begitu, Pemerintah tidak tinggal diam. Terutama untuk mewujudkan target buaran EBT 23% pada tahun 2025. Strategi percepatan yang ditempuh antara lain, yaitu prioritas pengembangan panas bumi, hidro, bioenergi, surya dan angin hingga penyediaan insentif fiskal dan non-fiskal.