Jakarta, MinergyNews– Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terus digenjot oleh Pemerintah guna mendorong capaian bauran energi 23% dari energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 dan Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kompetensi teknisi operasional dan pemeliharaan PLTS di Indonesia melalui penyusunan kurikulum modular.
Kurikulum ini dirancang melalui kerja sama antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM dan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia didukung oleh Konfederasi Swiss melalui State Secretariat for Economic Affairs (SECO). “Ini merupakan kurikulum modular pertama di Indonesia bagi teknisi operasional dan pemeliharaan PLTS dan menjadi bagian dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,” kata Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) di Jakarta, Senin (6/12).
Menurut Laode, kegiatan menjadi bagian dari kerja sama asistensi teknis proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) antara BPSDM Kementerian ESDM dan SECO dan turut melibatkan beberapa kementerian/lembaga strategis seperti Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi. “Penguatan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan khususnya dalam sub-sektor PLTS memang sangat selaras dengan peta jalan transisi energi Pemerintah Indonesia tahun 2021-2060 yang akan didominasi oleh sumber energi surya,” sambungnya.
Langkah ini mendapat dukung positif dari Kementerian Ketenagakerjaan selaku mitra kerja sama dalam proyek RESD. “Kementerian Ketenagakerjaan mendukung upaya Pemerintah Indonesia beralih pada sumber energi bersih melalui penyiapan tenaga kerja yang dapat mendukung pelaksanaan dan pemeliharaan pembangkit listrik terbarukan di lapangan,” ungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (Ditjen Binalavotas), Kementerian Ketenagakerjaan Hery Budoyo.
Melalui proyek RESD, Ditjen Binalavotas menyiapkan empat Balai Latihan Kerja (BLK) yang terletak di Banda Aceh, Lombok, Ternate, dan Ambon untuk meluncurkan program percontohan pelatihan kerja modular bagi teknisi PLTS yang akan dimulai pada tahun 2022. Penyusunan kurikulum ini dilaksanakan dengan pendampingan dari Direktorat Standardisasi dan Kompetensi Kementerian Ketenagakerjaan sebagai moderator keseluruhan kegiatan.
Sementara itu, pemimpin proyek RESD Martin Stottele megungkapkan kegiatan penyusunan kurikulum modular bagi Teknisi PLTS ini merupakan kelanjutan dari pelatihan dasar bidang PLTS bagi 16 instruktur dari lima lembaga pendidikan/pelatihan kerja percontohan mitra Proyek RESD yang telah diselenggarakan pada 25 Oktober-5 November 2021 lalu di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Serang.
“Melalui keterlibatan industri dan juga masukan dari lembaga pendidikan vokasi di Swiss dari awal penyusunan rincian tugas & pekerjaan teknisi PLTS hingga pengembangan kurikulum serta pelatihan bagi instruktur, diharapkan agar SDM keluaran yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan pelaku industri energi terbarukan,” jelasnya.
Proyek RESD merupakan hibah langsung dari Pemerintah Swiss berupa asistensi teknis dan dukungan peralatan laboratorium yang akan berlangsung selama 4 tahun ke depan hingga 2025. Tujuan utama dari RESD adalah menciptakan tenaga kerja yang kompeten di bidang perencanaan, desain, pembangunan dan pemasangan, inspeksi dan commissioning, pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik hybrid surya diesel, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) melalui: (1) penciptaan program D4 spesialisasi energi terbarukan di 5 politeknik di Indonesia; 2) peluncuran program kursus energi terbarukan secara modular di 5 lembaga pendidikan/pelatihan kerja; dan 3) penguatan pertukaran informasi dan komunikasi di sektor energi terbarukan.
Proyek RESD ini nantinya akan dipandu oleh master trainer yang merupakan tenaga ahli dalam bidang pemanfaatan energi surya di Swiss. Dalam program ini, nantinya para trainer tidak sekadar berbagi ilmu dan pengetahuan, tapi juga melakukan cascading kepada instruktur PLTS di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan agar para instruktur PLTS dapat menciptakan sebuah sistem pembelajaran yang optimal. Mereka dapat mengembangkan kurikulum dan bahan ajar yang tidak hanya berkualitas, tapi juga tepat guna.
Mitra program RESD mencakup BPSDM KESDM sebagai mitra utama, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Program RESD juga bekerja sama erat dengan politeknik, lembaga pendidikan dan pelatihan kerja, asosiasi industri, dan sektor swasta.