Jakarta, MinergyNews– Bayangkan sekitar, 15.000 keluarga di Indonesia hanya perlu bekerja sepuluh menit untuk mendapat bahan bakar memasak sepanjang hari.
Lingkungan lebih bersih dan keluarga pun lebih sehat, tidak perlu lagi membuang waktu mencari kayu bakar atau membeli bahan bakar memasak.
Dengan pabrik pupuk dan gas milik pribadi, masyarakat pedesaan dapat hidup lebih baik dan lebih nyaman dengan akses energi terbarukan yang bersih dan terjangkau.
Berangkat dari keinginan tersebut, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dengan bantuan Hivos yaitu sebuah lembaga yang didukung teknis oleh SNV serta didanai oleh pemerintah Norwegia juga program Energizing Development (Endev), sejak tahun 2009 hingga kini melaksanakan program biogas rumah (BIRU) yang tersebar di beberapa provinsi Indonesia.
Adapun provinsi itu antara lain Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu Lombok dan Sulawesi. Kemudian, Nusa Tenggara Timur (NTT) di Sumba, lalu Sulawesi Selatan dan terakhir Lampung.
BIRU mencatat hingga 31 Agustus 2016 jumlah reaktor yang terbangun di 10 provinsi dan tersebar pada 124 kabupaten serta 807 kecamatan sudah mencapai 17.397 unit dengan total investasi yang telah dikucurkan untuk pengembangan biogas ini sebesar Rp136,2 miliar. Sementara kredit pinjaman yang terdistribusi sebesar Rp24 miliar dari Nestle, lalu Rp6,3 miliar dari Rabobank Foundation, Rp866,5 juta dari Kiva dan total lebih dari Rp7 miliar dari lembaga keuangan mikro lainnya.
Dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak 847 ton perhari dengan potensi pengurangan gas rumah kaca sebesar 2,6 ton CO2e pertahun.
Sumber : BIRU