Jakarta, MinergyNews– Dari tahun 2015 yang lalu. total produksi minyak sawit dalam negeri pada 2016 turun sebesar 3 persen menjadi 34,5 juta ton dari tahun 2015 sebanyak 35,5 juta ton.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono di Jakarta.
Joko menjelaskan, penurunan produksi akibat El Nino yang terjadi di Indonesia dengan periode cukup panjang.
“Pada 2016, produksi memang turun tapi tidak banyak. Penurunan sebesar 3 persen,” ujarnya.
Berdasar data Gapki, total produksi minyak sawit Indonesia pada 2016 sebanyak 34,5 juta ton yang terbagi dari crude palm oil (CPO) sebanyak 31,5 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 3 juta ton. Sementara pada 2015, produksi CPO sebanyak 32,5 juta ton dan PKO sebanyak 3 juta ton, sehingga total produksi minyak sawit sebanyak 35,5 juta ton.
Joko mengungkapkan, secara garis besar produksi minyak sawit pada 2016 masih relatif baik. Banyak kekhawatiran bahwa produksi dalam negeri akan anjlok hingga 30 persen, namun akhirnya penurunan hanya 3 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Untuk 2017, diharapkan kondisi akan lebih baik dibanding 2016,” tuturnya.
Hingga akhir 2016, stok CPO Indonesia sebanyak 1 juta ton, atau yang terendah, dimana rata-rata stok pada akhir tahun sebanyak 4,5 juta ton.
Berdasarkan catatan Gapki, beberapa permasalahan yang dihadapi pada 2016 antara lain wacana pemerintah untuk moratorium penanaman sawit yang dinilai akan menghambat industri minyak sawit dalam negeri. Selain itu, belum ada kepastian hukum menyangkut lahan atau tata ruang. Industri sawit masih belum mendapatkan dampak signifikan dari program deregulasi pemerintah.
Sementara itu, masalah lain adanya kampanye hitam dari dalam dan luar negeri, terutama saat terjadi kebakaran lahan. Kampanye negatif juga mulai masuk pada ranah hak asasi manusia seperti mempekerjakan anak di bawah umur serta perampasan hak masyarakat adat.
“Tahun 2017, harapannya pemerintah membantu dalam menyelesaikan hambatan perdagangan di berbagai negara, dan berharap pasar Amerika tetap naik meskipun masih tergantung kebijakan Donald Trump,” tukasnya. (us)