Jakarta, MinergyNews– Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Arie Gumilar menegaskan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap turunnya laba Pertamina di tahun 2018.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan dirinya kepada media di acar temu wartawan di penghujung akhir tahun 2018 di Restoran Bebek Bengil, Jakarta, Senin (31/12).
“Tahun 2018 adalah tahun paling memprihatinkan bagi Pertamina dari sisi keuangan karena perolehan labanya jauh dari target,” ujarnya.
Menurut dirinya, dari target laba perusahaan yang digadang-gadang bisa sampai di atas Rp 20 triliun, ternyata hanya terealisasi sebesar Rp 5 triliun saja pada saat Pertamina tutup buku di akhir tahun 2018.
Selain itu, tambahnya, melesetnya target laba Pertamina di tahun 2018, dikarenakan adanya beberapa faktor baik dari eksternal maupun internal.
Arie menjelaskan, faktor eksternal terkait dengan naiknya harga minyak mentah dunia (ICP), dari rencana di APBN yang dipatok US$ 48 per barel ternyata pada tahun 2018 ini harga ICP lebih sering di atas harga patokan tersebut, bahkan sempat mencapai US$ 80 per barel.
“Ini membuat Pertamina harus nombokin, karena belinya pakai dollar, jualnya pakai rupiah. Ditambah lagi dengan kurs dollar, di mana rupiah kita melemah. Dari APBN dan RKAP kita Rp 13.700, kenyataannya rupiah bisa di atas Rp 14.000,” katanya.
Sementara itu, Arie melanjutkan, faktor dari internal terkait kebijakan dari Pemerintah sendiri terhadap Pertamina, seperti Program BBM Satu Harga yang dibebankan kepada Pertamina.
“BBM Satu Harga ini seharusnya bukan tugasnya Pertamina tetapi BPH Migas, tugasnya Pemerintah. Beban yang ditanggung Pertamina cukup signifikan, sekitar Rp 20 triliun,” tandasnya.