Jakarta, MinergyNews– Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diminta untuk mengalokasikan seluruh gas yang diproduksi dari lapangan Jambaran Tiung Biru kepada PT Pertamina (Persero). Alasannya, agar Pertamina menyatakan mau berkomitmen untuk menyerap seluruh produksi yang dihasilkan.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Vice President Public and Goverment Affair ExxonMobil Cepu, Erwin Maryoto
Erwin mengungkapkan, keputusan pemerintah ini sangat penting, agar Pertamina bisa merealisasikan komitmennya dan penandatanganan perjanjian jual beli gas, Lapangan Jambaran Tiung Biru bisa segera dilakukan.
“Ini sudah kami laporkan ke Kementerian ESDM,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, Pemerintah memang telah mengalokasikan gas ini kepada Pertamina dan PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC). Sebanyak 46,5% atau 80 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas Lapangan Jambaran Tiung Biru dialokasikan untuk PKC. Anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) ini sedang membangun pabrik pupuk di Bojonegoro, Jawa Timur, yang tentunya membutuhkan penyaluran gas untuk bisa beroperasi.
Menurut Erwin, pembangunan pabrik pupuk ini diproyeksikan akan molor. Sehingga, dirinya khawatir PKC tidak dapat menyerap gas yang diproduksi dari Jambaran Tiung Biru dan mengakibatkan joint venture antara ExxonMobil Cepu dan PEPC mengalami kerugian.
Sementara itu, lanjutnya, rencana alokasi gas untuk PKC ini batal, akibat harga yang ditawarkan kepada KPC dianggap terlalu mahal, yaitu US$ 8 eskalasi dua persen per juta british thermal units (mmbtu). Makanya, Erwin mendesak pemerintah untuk segera memutuskan realokasi gas yang tadinya untuk PKC kepada Pertamina.
Di kesempatan yang sama, Muhammad Nurdin, Vice President Exxon Mobil Cepu Limited dan Pimpinan Operasi Lapangan Banyu Urip mengungkapkan fasilitas pengolahan gas di Lapangan Jambaran Tiung Biru ini berkapasitas 315 mmscfd. Namun ia sangat menyayangkan, karena gas dari lapangan tersebut mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 35%, maka gas yang bisa terjual hanya 172 mmscfd.
Pihaknya menghitung, apabila keseluruhan gas tersebut dapat terjual, maka, akan menambah pendapatan negara sebesar US$ 6 miliar. “Yang jadi permasalahan sekarang yaitu jaminan ada yang beli gasnya. Ini perlu long term buyer (pembeli jangka panjang). Ini kan gas susah ditransportasikan,” ungkap Nurdin.
Nurdin mengaku Exxon beserta PEPC telah mengeluarkan investasi sebesar US$ 2,1 miliar untuk memproduksi gas dari Jambaran Tiung Biru. “Kami tetap berharap perjanjian jual beli gas ini dapat segera diteken agar target operasi Lapangan Jambaran Tiung Biru pada tahun 2020 bisa terealisasi,” pungkasnya.