Jakarta, MinergyNews– Terkait dengan pencopotan jabatan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dan Wakil dirutnya, Wakil Ketua Komisi VII DPR, Satya Widya Yudha mengaku terkejut dengan langkah Pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberhentikan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang secara bersamaan disaat kinerja perusahaan yang sedang mengalami kinerja terbaik.
“Di tengah kinerja keuangan yang cukup baik, itu diputuskan untuk ada penggantian orang penting dalam perusahaan itu yakni Direktur Utama dan wakil direktur utama, ini menurut saya mengejutkan,” ujarnya di Jakarta.
Menurut Satya, keputusan tersebut mengejutkan Parlemen, sebab, berdasarkan dari pemasukan negara, sebagai an besarnya dari Pertamina. “Keputusan itu cukup mengejutkan karena di DPR itu kan ukuran korporasi berdasarkan kinerja. Kinerja diukur daripada bagaimana mereka menyumbangkan dan berkontribusi terhadap negara. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa Pertamina menyumbang cukup besar di dalam keuntungan itu,” tuturnya.
Namun, tambahnya, dengan adanya kepemimpinan ganda bukan menjadi pokok persoalan yang menyebabkan terjadinya kekacauan dalam koordinasi manajemen. Ia menyebut, sebelumnya Pertamina juga memiliki jabatan yang sama pada periode yang lalu.
“Kan Pertamina dulu mempunyai beberapa Wakil Direktur. Sebetulnya kita berharap tidak ada konflik apalagi yang bersifat pribadi, maka peranan daripada Dewan Komisaris harus bisa meredam itu. Karena sebetulnya ini tidak merefleksikan kinerja mereka,” katanya.
Satya mengakui, padahal kinerja dirut dan Wadirut cukup bagus dan membuat capaian Pertamina meroket. “Kinerjanya bagus kok. Jadi kan agak repot. Kecuali kalau misalkan dianggap tidak bisa berkomunikasi dan dampaknya terhadap kinerja. Ini masih bisa masuk akal. Ini kan kinerjanya membumbung tinggi. Bahwa Pertamina sepanjang sejarah baru kali ini mempunyai capaian yang sedemikian tinggi,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, jabatan Dirut dan Wadirut Pertamina di copot secara bersamaan karena dinilai tidak kompak dalam melakukan kepemimpinan di perusahaan Migas tersebut. Keduanya dianggap cenderung berjalan sendiri-sendiri dengan minimnya koordinasi. (us)