DPR Minta Pemerintah Antisipasi Kenaikan Harga Minyak

Jakarta, MinergyNews– Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Rofi’ Munawar mengingatkan pemerintah melakukan antisipasi terhadap trend kenaikan harga minyak dunia yang fluktuatif dikisaran 60 USD/barel dalam tiga bulan terakhir. Harga International Crude Price (ICP) berpotensi mendorong pembengkakan subsidi energi nasional. Hal ini bisa terjadi seperti tahun 2018, dimana besaran subisdi BBM dan LPG 3 Kg tahun 2017 menjadi Rp 47 triliun dari target APBNP Rp 44,5 triliun.

“Kenaikan harga minyak dunia dipengaruhi oleh banyak faktor, utamanya dari sisi eksternal seperti situasi geopolitik dan komitmen pembatasan produksi minyak global dari negara produsen. Menyikapi kondisi tersebut perlu strategi yang cermat dan jitu dari Pemerintah dalam mengelola subsidi energi” disampaikan oleh Rofi’ Munawar dalam rilis persnya di Jakarta.

Untuk itu, Rofi meminta Pemerintah segera merumuskan formula dan strategi yang tepat dari setiap kenaikan angka ICP yang berkembang. Terlebih kenaikan ICP secara faktual tidak sesuai alokasi anggaran energi yang telah dipatok pada Anggaran Peneriman Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 46 ribu barel per hari. Selain itu dirinya juga meminta Pemerintah secara efektif meningkatkan produksi migas nasional. Ironisnya, cukup banyak lapangan minyak yang pengelolaannya ditahun 2018 dalam fase terminasi dan transisi.

“Kenaikan harga minyak dunia harus mampu dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai peluang untuk mengungkit penerimaan negara. Meski dengan tentu saja secara hati-hati menjaga konsumsi BBM yang tetap proporsional” ulasnya.

Legislator asal Jawa Timur ini menambahkan, harga minyak yang lebih tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, terutama jika belanja konsumen terdampak langsung. Padahal daya beli dan konsumsi selama ini menjadi tulang punggung menggerakan ekonomi nasional. Namun, perlu ikhtiar yang lebih serius dalam jangka panjang agar harga minyak yang lebih tinggi dapat mendorong konsumen untuk melakukan diversifikasi konsumsi.

“Indonesia saat ini menghadapi penurunan cadangan energi fosil khususnya minyak bumi, ini terus terjadi dan belum diimbangi dengan penemuan cadangan baru. Disisi lain, konsumsi energi terus meningkat.” Pungkas Rofi.

Rofi menjelaskan bahwa dengan kondisi itu Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar global khususnya produk minyak bumi yang dipenuhi dari impor. Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan solusi yang harusnya bisa didorong oleh pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan akan energi.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *