Jakarta, MinergyNews– Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi minyak adalah melakukan Enhanced Oil Recovery (EOR) melalui secondary recovery dan tertiary recovery. Full scale EOR akan dilakukan di Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan, mulai November 2018 mendatang dengan dipimpin Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
“Telah dibentuk Tim antar kementerian atau lembaga tentang Tim Pemantauan Pelaksanaan Peningkatan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tanjung-PT Pertamina EP dengan metode EOR,” papar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (27/8).
Dalam tim tersebut, menurut Djoko, dirinya akan bertindak sebagai Ketua, didampingi Kepala SKK Migas selaku Pengarah serta anggota lainnya, termasuk direksi Pertamina sebagai pengelola Lapangan Tanjung.
Rencananya full scale EOR itu akan dilakukan pada November 2018. Hingga 23 Agustus 2018, perkembangan pengembangan EOR di Lapangan Tanjung, antara lain sumur injeksi T?046i sudah dinyatakan siap dan selanjutnya akan dilakukan workover 5 sumur produksi.
Sedangkan Polymer injection unit dalam proses pengiriman dan akan tiba di Lapangan Tanjung akhir Oktober 2018. Material polymer untuk kebutuhan injectivity test juga sudah tiba di Jakarta. “Injeksi Polymer dan peresmian akan dilakukan pertengahan bulan November 2018,” ujar Djoko.
Dalam pelaksanaan full scale EOR ini, Pertamina akan bekerja sama dengan Repsol. Perusahaan tersebut akan mengirimkan proposal untuk keterlibatan di aktifitas EOR polymer flooding pada akhir bulan Agustus 2018. Skema kerjasama yang diusulkan adalah Kerja Sama Operasi (KSO).
Saat ini tingkat produksi Lapangan Tanjung mencapai 2.149 barel per hari dan diperkirakan penambahan produksi kumulatif dengan adanya pengembangan EOR Polymer sampai dengan tahun 2035 mencapai sekitar 34 MSTB.
“Tahapan kegiatan pengembangan EOR Polymer di Lapangan Tanjung sendiri terdiri dari tahapan Field Trial Polymer Flooding T-0461 yang diperkirakan membutuhkan waktu total paling lama 18 bulan, dilanjutkan dengan tahapan decision gate review dan tahapan forward plan,” jelas Dirjen Migas.
Selain di Lapangan Tanjung, EOR telah dilakukan di Lapangan Minas, Blok Rokan. Rencananya setelah Pertamina mengambil alih Blok Rokan, juga akan dilakukan full scale EOR di blok tersebut.
Pilot project EOR juga dilakukan di Lapangan Kaji Semboja. Namun bahan kimia yang digunakan masih impor, sehingga harganya mahal yaitu sekitar US$ 60 per barel. Untuk menekan biaya, akan digunakan produk dalam negeri yang mutunya tidak kalah dari impor.
“Jadi kita akan lihat lagi chemical dalam negeri yang informasinya itu cuma US$ 10 per barel, sudah termasuk pompa, personel maupun bahan kimia,” ungkap Djoko.
Sejak tahun 2010, rerata produksi minyak dan gas bumi di Indonesia mengalami penurunan. Apabila dibandingkan dengan produksi migas Indonesia pada tahun 2010, pada tahun 2017 produksi minyak bumi mengalami penurunan sebesar 15.2% dan produksi gas bumi Indonesia mengalami penurunan sebesar 14%. Tanpa adanya penambahan produksi dari lapangan-lapangan baru dengan cadangan migas yang cukup besar, serta upaya lainnya termasuk EOR, produksi migas akan terus terjadi.