Jakarta, MinergyNews– Gas bumi menjadi salah satu faktor penting dalam suksesnya percepatan transisi energi nasional. Arah kebijakan energi nasional telah menjadikan peran gas dalam transisi energi menjadi lebih penting. Faktor ini disebabkan oleh sifat dari gas yang memiliki operasional yang mudah namun memiliki faktor emisi yang jauh lebih rendah dari energi fosil.
Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji Penyelenggaraan Puncak Bulan K3 Nasional tahun 2023 di Kantor BBPMGB LEMIGAS Jakarta (14/2). Tutuka menuturkan bahwa Kementerian ESDM memilih gas agar lebih dominan sebagai modal untuk tinggal landas menuju renewable energy.
“Dalam transisi energi ini, gas bumi menjadi modal untuk tinggal landas menuju energi terbarukan,” ujar Tutuka.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kepala LEMIGAS Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM.Ariana Soemanto menegaskan bahwa studi pengembangan komoditas gas mutlak harus terus dilakukan. Oleh karenanya, Badan Layanan Umum (BLU) LEMIGAS sebagai lembaga penelitian dan pengembangan pemerintahan memiliki peran penting dalam mengembangan komoditas gas menuju transisi energi.
“Peran gas sebagai energi transisi sangatlah penting. LEMIGAS sebagai salah satu Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Indonesia telah banyak melakukan kajian/studi dan pengujian-pengujian di lapangan migas maupun laboratorium terkait dengan teknologi pemanfaatan gas guna mempercepat transisi energi nasional”, tutur Ariana.
Kegiatan pengujian dan studi yang dilakukan di LEMIGAS diupayakan untuk meningkatkan produksi gas dari lapangan migas. Hal tersebut sendiri ditempuh dengan merancang infrastruktur fasilitas produksi gas dan pemanfaatan gas untuk berbagai sektor, baik sektor rumah tangga, industri, transportasi maupun komersial. Lebih lanjut, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk membantu memberikan solusi kepada pemerintah dan sektor industri migas terkait dengan evaluasi mutu dari gas di hulu dan hilir migas. Termasuk melakukan reduksi emisi dengan pemanfaatan gas suar, penyelidikan kegagalan fasilitas produksi migas karena korosi serta pencegahannya dengan pengujian material dan inhibitor.
Pada Kesempatan tersebut Dirjen Migas juga menyampaikan pentingnya penguatan dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mengingat pengelolaan gas bumi lebih beresiko dibandingkan minyak bumi.
Peran gas sebagai energi transisi, menjadikan budaya pekerjaan di subsektor migas ke depannya juga lebih beresiko. Hal ini lantaran pengelolaan gas yang berbeda dibandingkan minyak, memerlukan penanganan-penanganan yang lebih tinggi resikonya. “Oleh karena itu, penguatan di bidang K3 menjadi suatu keharusan, tandas Tutuka.