Jakarta, MinergyNews– Hingga saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya meningkatkan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air, namun harus mempertimbangkan efesiensi, agar nantinya hal ini tidak menambah beban subsidi listrik sehingga harga jual listrik menjadi lebih baik.
Menurut Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pemerintah terus menginginkan harga listrik dari EBT agar lebih efesien.
“Bapak Presiden selalu menginginkan efesiensi harga listrik untuk rakyat. Pemerintah berupaya mencari terobosan baru untuk pemanfaatan EBT yang efisien, sehingga daya beli listrik oleh masyarakat menjadi terjangkau,” kata Jonan dalam keterangan resminya di Jakarta.
Jonan mengungkapkan, potensi EBT di Indonesia sendiri bisa mencapai 400 Giga Watt (GW), hal ini cukup besar apabila bisa dimanfaatkan. Namun begitu, Jonan menilai, pemanfaatannya baru sekitar 2%. Hal ini berjalan sangat lambat apabila pemerintah tidak segera mendongkrak pemanfaatan EBT.
Sebelumnya, lanjut Jonan, pemerintah menetapkan porsi bauran energi terbarukan hingga 2025 sekitar 23%. Sejalan dengan target tersebut, artiya sama saja, kapasitas penyediaan pembangkit listrik berbasis EBT di 2025 yakni sebesar 45 GW.
Adapun kapasitas pembangkit tersebut terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) sebesar 1,8 GW; Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro dan Mikrohidro (PLTMh) sebesar 3 GW; Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi (PLTBm) sebesar 5,5 GW; Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 6,5 GW; Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 7,2 GW; Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 18 GW dan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan lainnya sekitar 3,1 GW.
“Hal tersebut merupakan peluang besar bagi para investor yang turut andil dalam pengembangan EBT, dan tentunya ini menjadi tugas bersama dalam menciptakan teknologi yang sesuai dengan pemanfaatan EBT menjadi kompetitif dan akan menjadi energi primer,” pungkasnya. (us)