Jakarta, MinergyNews– Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral (PTSM) BPPT, Yusuf Surachman berharap hasil-hasil capaian dari tim PTSM dapat didelivery ke industri dan dapat dimanfaatkan oleh mitra kerja. Teknologi yang kami tawarkan merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh industri migas dan pertambangan mulai dari proses pengeksplorasian hingga pada proses pasca eksplorasi di lapangan.
Yusuf juga menekankan akan pentingnya menambah nilai pada produk. ‚Yang biasanya dilakukan oleh Indonesia adalah menjual bahan baku mentah begitu saja tanpa diolah ke luar negeri. Namun setelah bahan mentah tersebut diolah di luar negeri, kita justru membelinya kembali dengan harga yang jauh lebih mahal dibanding saat kita ekspor‚.
Menurut data, setiap tahunnya Indonesia mengimpor lebih dari 2,5 juta ton pelet baja. Padahal, bahan baku utama pelet adalah bijih besi yang dibeli dari Indonesia. ‚Kenapa tidak kita coba untuk mengolah bijih besi tersebut untuk dijadikan pelet sehingga kita tidak perlu impor?‚ tanya Yusuf.
Dalam acara temu bisnis tersebut diperkenalkan Geoscanner 1803 AT yang merupakan instrumen untuk peralatan resistivitymeter 2D yang digunakan untuk menafsirkan keberadaan mineral, batubara, kondisi geoteknik dan hidrogeologi. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk karakterisasi dan deliniasi daerah yang terkontaminasi bahan pencemar.
Menurut Kepala Bidang Teknologi Eksplorasi dan Pertambangan PTSM BPPT, Dadan M. Nurjaman dalam paparannya, geoscanner hasil pengembangan BPPT tersebut memiliki kelebihan kompatible dengan semua resistivitymeter yang ada di pasaran. Sementara produk geoscanner yang selama ini ada hanya kompatible dengan satu resistivitymeter saja.
Selain Geoscanner, diperkenalkan juga mengenai teknologi pengelolaan dampak pertambangan oleh Kepala Bidang Teknologi Pengelolaan Dampak Pertambangan PTSM BPPT, Y. Yudi Prabangkara. ‚Dunia pertambangan sekarang ini sedang ada dalam era baru dengan keluarnya UU no.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kita harus bisa mengeksekusi, mereduksi dan menanggulangi dampak pertambangan‚.
Untuk itu, PTSM menawarkan solusi teknologi terhadap permasalahan yang biasa terjadi di area pertambangan seperti solusi teknologi untuk tanah yang tercemar hidrokarbon dan penanganan air asam tambang.
Selain dua produk tersebut, disampaikan juga mengenai SMS online monitoring system yang merupakan instrumen pemantauan kualitas air di lingkungan pertambangan jarak jauh. ‚Teknologi ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh bangsa kita sendiri karena 100% kontennya berasal dari dalam negeri. Keuntungannya adalah selain harga yang lebih murah, perawatannya pun akan lebih mudah. SMS online monitoring ini telah diterapkan di beberapa wilayah seperti di areal pertambangan batu bara dan Danau Maninjau untuk mengetahui kualitas airnya‚, kata perekayasa Bidang Teknologi Eksplorasi dan Pertambangan BPPT, E. Bayu Budiman. (bppt)