Jakarta, MinergyNews– Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan peninjauan langsung proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Balikpapan dan Lawe-Lawe di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Jumat, 28 Agustus 2020.
Dalam kunjungan ini, Bahlil didampingi oleh Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) Narendra Widjajanto dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Mardani Maming.
Bahlil menyampaikan apresiasi atas berjalannya proyek RDMP RU V Balikpapan dan Lawe-Lawe di tengah situasi saat ini.
“Salah satu yang membuat defisit neraca perdagangan adalah impor minyak dan gas. Presiden selalu bertanya mengapa kita tidak bisa bangun kilang sendiri? Tantangan ini sudah dijawab Pertamina dengan membangun beberapa kilang, salah satunya di Balikpapan. Ini hanya salah satu dari beberapa proyek besar Pertamina,” ujar Bahlil yang tiba siang ini di Balikpapan.
Proyek RDMP RU V Balikpapan dan Lawe-Lawe sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) merupakan bagian dari upaya besar yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan energi nasional.
“Saya kira bangsa ini mampu dihargai oleh negara lain, jika kita semua mampu untuk berkolaborasi dan bekerja sama demi mewujudkan apa yang menjadi target. BKPM berkomitmen memfasilitasi dan mengawal proyek ini hingga tuntas,” kata Bahlil.
Pada kesempatan tersebut, Ignatius menyampaikan bahwa Proyek RDMP RU V Balikpapan dan Lawe-Lawe adalah proyek terbesar Pertamina yang mencapai USD6,5 miliar. Proyek tersebut akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi BBM. Proyek itu juga akan mendorong peningkatan devisa dan penerimaan pajak.
“Produk yang dihasilkan akan memiliki standar Euro V. Artinya sudah sama seperti negara-negara maju. Ke depan Indonesia akan menjadi pemain terbesar dan terkuat di kawasan regional, bahkan mengalahkan Petronas, Malaysia dan Korea National Oil Corporation (KNOC), Korea Selatan. Kami berfokus menciptakan kemandirian dan ketahanan energi, dan selanjutnya kedaulatan energi,” ujarnya.
Pembangunan proyek kilang tersebut sudah mencapai 19 persen dan ditargetkan selesai tahun 2023 mendatang.
Narendra mengutarakan bahwa semua rencana tetap berjalan sesuai jadwal dan di masa pandemi ini juga sekaligus mendorong Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menyerap tenaga kerja.
“Saat ini tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 4.500 orang. Dan tentunya di tahun mendatang akan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja,” jelas Narendra.