Jakarta, MinergyNews– Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) akan terus mengembangkan teknologi nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Tanah Air. Pasalnya, cadangan minyak bumi dan batubara semakin menipis, dan PLTN merupakan salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai pengganti energi fosil.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto dalam konferensi persnya di acara Hut Batan yang ke 58 di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
“Nuklir tidak terelakan karena mampu mensuplai besar listrik yang sangat dibutuhkan dunia industri,” ujarnya.
Berdasarkan hasil survei, Djarot menegaskan, sebanyak 75,3% masyarakat mendukung dikembangkannya PLTN di Tanah Air.
“Apalagi pemerintah mentargetkan 23% EBT pada 2025, yang didalamnya termasuk energi nuklir,” tuturnya.
Selain itu, Djarot menegaskan, yang menjadi keunggulan energi nuklir adalah bisa hidup terus selama 2 tahun., ramah lingkungan serta harga listriknya kompetitif sekitar 6-8 sen per kWh.
Namun, tambahnya, PLTN juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu, investasi yang dibutuhkan sebesar 2-3 kali biaya pembangunan PLTU dengan daya yang sama serta membutuhkan waktu pengerjaan yang lama.
“Biaya 1 PLTN per unit (14000 MW) berkisar Rp 50 – 70 triliun. Dan ini telah dikembangkan di
Uni Emirat Arab,” imbuhnya.
Terkait dengan lokasi yang potensial untuk dikembangkan PLTN, Djarot menjelaskan, sebelumnya sudah dilakukan studi kelayakan di daerah Jepara karena daerah tersebut elbih stabil di banding dengan daerah lainnya.
“Kalimantan (Kalbar-Kaltim), Bangka dan Batam juga cocok untuk dikembangkan PLTN. Namun, untuk di Bangka posisi BATAN hanya sebagai litbang saja,” tandasnya.