Jakarta, MinergyNews– Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar kembali menekankan target capaian bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan penentu tercapainya kedaulatan energi di Indonesia. Untuk itu, paradigma pengelolaan energi juga harus berubah. Hal ini disampaikan Arcandra saat menjadi pembicara di Acara Konferensi Nasional Dewan Eksekutif Mahasiswa se Indonesia di Auditorium UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa (4/12).
Menurutnya, kedaulatan energi menjadi keharusan karena pemenuhan energi dari dalam negeri akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, terutama yang berasal dari minyak dan batubara.
“Kapasitas terpasang EBT kita terus meningkat dan paradigma pengelolaan energi nasional harus berubah, dari energi sebagai komoditas ke energi sebagai penggerak roda ekonomi. Melimpahnya sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia selayaknya bisa dimanfaatkan secara optimal,” kata Arcandra.
Lebih lanjut Arcandra menjelaskan, salah satu tantangan pengembangan EBT saat ini adalah mahalnya teknologi yang banyak diimpor dari luar negeri. Untuk itu penguasaan teknologi juga harus mendapatkan prioritas sehingga tidak lagi tergantung pada teknologi luar negeri.
“Kalau kita belum memiliki teknologi, boleh kan kita menggunakan teknologi yang ada dari luar negeri. Kemudian kita belajar untuk menutupi gap (celah ketertinggalan) tersebut,” jelas Arcandra.
Pemanfaatan energi secara maksimal dengan harga yang terjangkau sejalan dengan visi-misi pembangunan sektor energi yang diusung oleh Pemerintah, yaitu Energi Berkeadilan.
“Misi kita adalah untuk melayani seluruh rakyat Indonesia. (Melalui) energi berkeadilan sangat kita harapkan untuk pemerataan kemakmuran hingga pelosok-pelosok negeri,” pungkas Arcandra.
Sebagai informasi, hingga September 2018, kapasitas terpasang pembangkit EBT yang dibangun dengan APBN mencapai 62,4 gigawatt. Sementara kapasitas pembangkit panas bumi sebesar 1.948,5 Mega Watt (MW), tidak jauh dari target 2018 sebesar 2.058,5 MW.
Kapasitas terpasang dari PLTS, PLTMH, dan PLTB mencapai 315,1 MW ditambah 75 MW dari PLTB Sidrap. Dari subsektor bioenergi, kapasitas pembangkit yang terpasang sebesar 1.857,5 MW, terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, Biogas, Sampah Kota dan BBN, yang sebagian besar merupakan PLT off-grid.