Jakarta, MineryNews– Tren penggunaan energi di dunia sudah mulai beralih dari sumber energi fosil menuju sumber energi baru terbarukan (EBT). Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menyatakan keseriusannya dalam pengembangan EBT.
Hal ini ditunjukkan dengan menargetkan porsi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik pada tahun 2025 mencapai 23%. Untuk mencapai target 23% bukanlah sesuatu yang mudah, namun diperlukan upaya yang kuat juga bantuan dari investor baik dalam maupun luar negeri.
“Meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan bukanlah tugas yang mudah, kami harus bekerja keras untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dengan harga terjangkau, karena kami memiliki target ambisius untuk menyediakan 23% pasokan energi pada 2025, yang berasal dari energi terbarukan,” ujar Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar saat membuka acara Indonesia-Norway Energy Workshop hari ini, Kamis (12/4).
Arcandra menjelaskan, untuk mencapai target 23% tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya termasuk merumuskan peraturan seperti tarif untuk menarik investor swasta berinvestasi lebih banyak dalam proyek energi terbarukan.
Arcandra juga menegaskan bahwa untuk mengembangkan energi terbarukan secara progresif diperlukan pihak-pihak lain seperti investor baik dari dalam maupun luar negeri.
“Kami memastikan bahwa pengembangan energi, khususnya energi terbarukan, memerlukan investasi asing dan kerja sama dengan negara lain. Penting bagi Indonesia dan negara lain untuk berjalan bersama demi mencapai keuntungan bersama,” tegas Arcandra.
“Kami mendorong sektor swasta termasuk investor Norwegia untuk berpartisipasi dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, terutama Indonesia Timur, untuk membantu kami dalam memenuhi kebutuhan energi kepada masyarakat,” ujar Arcandra.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris, menambahkan bahwa kerja sama pengembangan energi terbarukan dengan Norwegia merupakan langkah yang tepat, Norwegia memiliki pengalaman dalam pengembangan tenaga air sebagai energi, 98% energi kebutuhan energi mereka diperoleh dari pembangkit listrik tenaga air.
Selain itu, Harris mengatakan, Norwegia juga memiliki kemampuan untuk memproduksi mesin-mesin pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti, pembangkit listrik tenaga bayu, air, dan pembangkit listrik tenaga matahari.
“Kita mengundang mereka untuk menginvestasikan dana mereka di sektor pembangkitan renewable kita, khususnya yang berbasis tenaga air, solar, angin dan waste to energy,” ujar Harris.
“Jika pihak Norwegia tertarik untuk mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia menurut saya itu sangat baik sekali,” tutup Harris.