Jakarta, MinergyNews– PT Tanjung Power Indonesia (TPI), anak usaha PT Adaro Power yang mengelola PLTU Tabalong 2 x 100 megawatt (MW) di Kalimantan Selatan, menjamin pembangkit batu bara miliknya ini tak akan menimbulkan polusi asap hitam seperti PLTU-PLTU di China atau India.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Presiden Direktur TPI, Mustiko Bawono kepada wartawan di Jakarta.
Pasalnya, Mustiko menegaskan, PLTU Tabalong telah menggunakan boiler dengan teknologi circulating fluidized bed (CFB) yang bertemperatur rendah, dan dapat menekan emisi sulfur dioksida (SO2).
“Proyek kita dikendalikan kriteria-kriteria lingkungan yang sangat ketat. Peralatan kita lebih ramah lingkingan karena boiler kita berteknologi CFB, emisi SO2 diserap dengan injeksi bahan kapur. Temperatur boiler juga rendah. Ini jenis boiler yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira, menambahkan bukan hanya boiler dan mesin-mesin PLTU saja yang menekan polusi. Batu bara yang digunakan PLTU Tabalong juga membuat emisi rendah.
Nantinya, lanjut Febriati, batu bara yang dipakai PLTU Tabalong dipasok dari tambang-tambang Adaro sendiri. Kandungan abu (ash) dalam batu bara sangat rendah, di bawah 2%.
“Jadi pembakaran 1 ton batu bara hanya menghasilkan kurang dari 20 kg abu. Kandungan sulfur batu bara untuk PLTU Tabalong juga rendah, hanya 0,1%, dan nitrogen 9%,” tuturnya.
Febriati mengungkapkan, bila dibandingkan dengan PLTU di China dan India yang kandungan abunya di atas 20%, menghasilkan abu sampai 200 kg untuk pembakaran 1 ton batu bara, inilah yang membuat PLTU-PLTU di sana menghitamkan langit.
“Batu bara Adaro salah satu yang paling ramah lingkungan di dunia. Jadi dari teknologi mesinnya (PLTU Tabalong) ramah lingkungan, bahan bakarnya juga ramah lingkungan. Kandungan ash hanya 2%, kalau di India sama Cina 30%. Sulfur batu bara India sama China 0,5-0,75%, kalau punya Adaro cuma 0,1%. Batu bara kita beda sama dari negara lain,” tukasnya. (us)
