Jakarta, MinergyNews– Pemerintah meminta para pelaku industri ketika membandingkan harga gas di Indonesia dengan negara lainnya, dapat melihat hal ini secara keseluruhan dengan pembanding yang sama atau apple to apple.
Wakil Menteri Energi Arcandra Tahar ketika membuka acara Hilir Migas Expo 2019 di Jakarta Convention Center, Jumat (27/9), mengatakan, diperlukan kehati-hatian ketika menilai harga gas Indonesia cukup kompetitif atau sebaliknya. Ini penting karena terkadang pelaku industri hanya melihat harga gas ini hanya dari satu sisi semata.
“Kadang-kadang kita melihat hanya satu sisi. ‘Pak di Malaysia harga gas hanya US$ 7 per mmbtu. Kenapa kita US$ 9 per mmbtu.’ Ini cuma perumpamaan. Ada tidak kita punya harga gas yang cuma US$ 5? ada. Kita punya gas yang harganya US$ 9? ada,” ungkap Wamen ESDM.
Sewaktu membandingkan harga gas, lanjut dia, sebaiknya dilihat secara apple to apple. Misalnya, harga gas tersebut merupakan harga di hulu migas atau sudah termasuk harga di midstream. “Selain itu, apakah harga gas ini adalah harga gas LNG? Apakah harga ini yang sudah disubsidi oleh negara? Untuk itu mari kita lihat satu per satu sewaktu membandingkan sebuah harga gas,” tambah Arcandra.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan ketika membandingkan harga gas adalah jangka waktu kontrak jual beli gas diteken.
Meski bukan hal yang mudah untuk menyediakan harga gas yang murah, Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan harga gas yang dapat diterima oleh semua pihak, termasuk pelaku industri dan BUMN. Salah satu contohnya adalah penurunan harga gas pipa Arun-Belawan sebesar US$ 1 per mmbtu dan Jambaran Tiung Biru dari semula US$ 9 per mmbtu menjadi US$ 7,6 per mmbtu.
“Kita sangat concern dengan industri agar bisa kompetitif menghasilkan produknya,” kata Wamen.