Jakarta, MinergyNews– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, melalui anak usahanya Pertamina Hulu Indonesia, berkomitmen menjaga produksi minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Mulai 1 Januari 2018, Pertamina resmi mengelola Blok Mahakam dari operator sebelumnya, Total EP Indonesie, dengan masa kontrak hingga 31 Desember 2037.
Bambang Manumayoso, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, induk usaha PT Pertamina Hulu Mahakam, mengatakan Pertamina mengajukan proyeksi kepada SKK Migas produksi minyak Blok Mahakam sebesar 48 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 1.100 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Untuk mencapai target tersebut kami menyiapkan kegiatan sumur pengembangan (development well) sebanyak 55 dan tambahan dua sumur, serta workover 125 dan tambahan tujuh sumur.
“Kami juga ada well service sebanyak 5.550 dan tambahan 101 sumur serta POFD sebanyak lima dan tambahan dua proyek,” ujar Bambang di Jakarta, Kamis (9/11).
Bambang mengatakan untuk mencapai target produksi tersebut, Pertamina menganggarkan biaya investasi pada 2018 sebesar US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,45 triliun. Target menjaga produksi tetap konsisten kendati ada penurunan alamiah (natural decline) juga dilakukan melalui efisiensi biaya pada kegiatan pemboran. “Untuk efisiensi kami hitung, salah satunya untuk well connection dari 8 inch ke kurang dari 6 inch,” katanya.
Saat ini produksi minyak Blok Mahakam sebesar 40,77 MBOPD dan produksi gas 1.282 MMSCFD. Secara kumulatif, hingga akhir 2017 diproyeksikan produksi minyak mencapai 1,124 miliar barel, gas 19,17 BSCFG dan kondensar 499 juta barel. Total cadangan minyak sekitar 57 MMBO dan gas 4,9 TSCF dengan upside potential gas sebesar 756,95 BSCFG dan minyak sebesar 12,6 MMBLS. “WP&B Blok Mahakam akan kami bahas bersama SKK Migas akhir bulan ini,” ujarnya.
Menurut Bambang, Pertamina komitmen dan konsisten untuk menjaga produksi migas secara nasional. Karena itu, khusus untuk Blok Mahakam, Pertamina akan mencontoh komitmen Health, Safety, Security and Environtment (HSSE) yang dilakukan Total EP Indonesie, operator Blok Mahakam selama 40 tahun terakhir. “Total cukup bagus soal HSSE. Komitmen Pertamina berusaha untuk menjaga itu dengan tagline. Zero incident dan no fatality,” katanya.
Bambang optimistis sumber daya manusia Pertamina Hulu Mahakam mampu melaksanakan amanat menjaga ketahanan energi Indonesia di Blok Mahakam. Apalagi saat ini sebanyak 98,23% atau sekitar 1.885 dari 1919 pekerja Total EP Indonesia bekerja di Pertamina Hulu Mahakam.
Menurut dia, pengalaman Pertamina saat mengakuisisi Blok Offshore North West Java (ONWJ) di pantai utara Jawa Barat pada 2009, bisa menjadi acuan untuk Blok Mahakam. Setelah lima tahun berjalan, blok ONWJ mencatatkan tren peningkatan produksi hingga 12% dari 23,1 MBOPD pada 2009 naik menjadi 40,3 MBOPD.
Demikian halnya dengan pengelolaan blok West Madura Offshore (WMO) yang diambilalih dari Kodeco pada 2011. Dalam kurun waktu empat tahun, Pertamina mampu meningkatkan produksi sebesar 14%, yaitu dari 13,7 MBOPD pada 2011 menjadi 20,3 MBOPD.
“Kami optimistis, dengan SDM lokal mumpuni, produksi Blok Mahakam bisa terjaga,” jelas dia.