Jakarta, MinergyNews– Saat ini PT Pertamina (Persero) sedang menjajaki kemungkinan ekspor produksi dari dua kilang yang dikerjasamakan dengan perusahaan luar negeri.
Adapun, menurut Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman, dua kerja sama tersebut adalah perbaikan kapasitas dan kompleksitas kilang eksisting (Refinery Development Master Plan/RDMP) Cilacap yang dikerjasamakan dengan Saudi Aramco dan pembangunan kilang baru di Tuban bekerjasama dengan OJSC Rosneft.
Arief menjelaskan, perusahaan pelat merah itu tidak lagi berencana menyerap (offtake) produksi dua kilang itu sebesar 100 persen. Perihal offtake setiap kilang, rencananya akan dibagi dengan masing-masing mitranya. Adapun, saat ini negosisasi dengan kedua mitra masih berlangsung.
“Kami sudah negosiasi. Mitra-mitra kami ini fair, jika memang mereka kekurangan ya tidak apa-apa menjadi offtaker,” ujarnya.
Menurutnya, penyusunan kesepakatan itu terbilang tak mudah. Sebab, masing-masing produk kilang memiliki mekanisme perhitungan offtake masing-masing. Ia memberi contoh produk diesel dan petrokimia yang tentu saja memiliki perhitungan offtake yang berbeda.
“Maka dari itu, ini tidak se-simple offtake dan tidak offtake. Prosesnya kami bilang cukup panjang,” tuturnya.
Untuk itu, Arief menegaskan, Pertamina memutuskan untuk tidak menyerap produksi kilang 100 persen karena khawatir akan ketentuan akuntansinya. Pasalnya, kewajiban offtake dikategorikan sebagai liabilitas sejalan dengan ketentuan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang baru direvisi tahun 2016 silam.