Jakarta, MinergyNews– Dipastikan program jangka pendek lima tahun yang mulai berjalan tahun 2017 merupakan salah satu cara untuk mempertahankan laju produksi minyak 800.000 barel per hari (bph)
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar di Jakarta.
“Usaha terbesar kita adalah menahan agar laju produksi tidak turun. Kita mau lifting tetap di atas 800 ribuan (barel per hari),” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Arcandra, perlu kerja sama baik dari ESDM, SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) serta KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).
Hingga saat ini, Arcandra menjelaskan produksi blok minyak dan gas (migas) yang sudah beroperasi terus menurun, sedangkan pemerintah tidak bisa mengandalkan blok migas baru karena membutuhkan 15-16 tahun untuk menemukan cadangan (first oil).
“Kementerian ESDM berkoordinasi dengan SKK Migas dan KKKS untuk menjaga agar produksi minyak tidak kurang dari 800.000 barel per hari melalui program jangka pendek (short term) lima tahun,” tuturnya.
Namun, Arcandra mengakui bahwa, program tersebut dimulai dengan mengidentifikasi teknologi yang disesuaikan dengan karakteristik lapangan.
“Teknologi yang dilihat adalah jenisnya, success story-nya, karakteristiknya apakah cocok di lapangan yang ada di Indonesia, termasuk komersialnya,” imbuhnya.
Selain itu, Arcandra menambahkan, faktor komersial teknologi juga harus diperhatikan agar biaya produksi tidak mahal dari pendapatan sehingga bisa lebih efisien. Setelah menemukan teknologi, ESDM akan menggelar lokakarya workshop untuk dipresentasikan bersama KKKS.
“Selanjutnya, KKKS menjalankan program pengoptimalan lapangan minyak existing dengan teknologi yang sudah diidentifikasi selama lima tahun ke depan,” pungkasnya. (us)