Indonesia memiliki potensi tenaga hidro sebesar 95 Gigawatt (GW). Saat ini kapasitas terpasang telah mencapai 6,7 GW. Pada 2030, pengembangan pembangkit tenaga hidro ditargetkan mencapai lebih dari 10 GW.
“Selanjutnya, akan ditingkatkan lebih lanjut mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara, untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW,” ujar Arifin di Bali, Selasa (31/10).
Pemerintah saat ini memprioritaskan pengembangan transmisi super grid untuk meningkatkan konektivitas antarpulau. Lebih penting lagi untuk mendorong pemanfaatan sumber energi hidro dan energi terbarukan lainnya di Indonesia.
“Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai baseload dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, pada jaringan listrik,” tutur Arifin.
Saat ini, sedang berlangsung pembangunan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga hidro di Indonesia, yaitu PLTA Jatigede berkapasitas 110 Megawatt (MW) dan PLTA Asahan (174 MW), yang ditargetkan mencapai Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2024. Kemudian PLTA Peusangan 1 dan 2 (88 MW) serta PLTA Merangin (350 MW) yang akan COD pada 2025, serta PLTA Batang Toru (520 MW) yang akan COD pada tahun 2026 mendatang.
“Untuk meningkatkan peran tenaga hidro pada sistem kelistrikan, Indonesia juga mengembangkan pumped storage pertama, Upper Cisokan yang berkapasitas 1.040 MW, yang memanfaatkan aliran air Sungai Cisokan, Jawa Barat,” ujar Arifin.
Pemerintah juga berencana untuk mengambangkan industri hijau di Kalimantan, dengan memanfaatkan tenaga hidro. Terdapat dua proyek tenaga hidro berskala besar yang sedang disiapkan, yakni PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 MW, yang akan menyuplai listrik untuk industri manufaktur. Selanjutnya adalah PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW yang akan memberikan suplai listrik untuk industri.
“Dengan memanfaatkan potensi besar tenaga hidro yang berlokasi di Papua, Pemerintah berencana untuk membangun area industri hidrogen hijau, yang akan dibangun di beberapa lokasi potensial, yakni Memberamo 1 (5.695 MW), Memberamo 2 (933 MW), dan Edi Valen (630 MW),” tandas Arifin.
Melalui kongres tenaga hidro dunia ini, Arifiin berharap seluruh pihak dapat memperkuat kerja sama untuk meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi dan akses pembiayaan yang kompetitif.
“Di kongres ini, saya berharap adanya pertukaran ide, informasi, dan pengalaman yang bermanfaat, yang diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro dan untuk meningkatkan kolaborasi yang konstruktif secara global,” pungkas Arifin.