Jakarta, MinergyNews– Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan berencana akan menyesuaikan harga listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri.
Untuk itu, Jonan akan mengirim tim yang terdiri dari sejumlah anggota ke Uni Emirat Arab (UEA), guna melakukan studi listrik dari EBT.
“Tim tersebut nantinya akan mempelajari pengembangan EBT sehingga bisa menghasilkan listrik dengan tarif yang murah,” ujarnya belum lama ini.
Menurut Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, UEA dipilih menjadi tujuan studi banding karena negara tersebut bisa memproduksi listrik EBT dengan tarif yang jauh lebih murah.
“Misalnya, tarif listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di UEA dihargai US$ 2,42 sen per Kilo Watt Hours (kWh), hal ini berbeda dengan di dalam negeri (Indonesia) tarif listrik dari PLTS mencapai US$ 14 per kWh,” kata Rida.
“Bahwa kemudian dibandingkan dengan UEA kan. Besok lusa kita juga ke sana. Kita sedikit ingin tahu mereka kok bisa sebesar itu,” tambahnya.
Selain untuk melakukan studi langsung, para anggota yang tergabung dalam tim juga akan melakukan penyesuaian tarif listrik EBT dengan efisiensi produksi. Sehingga harga jual listrik EBT bisa semakin murah.
“Kan sudah terima arahan, efisiensi arahannya. Dan ada beberapa peluang kalau saya sih di hulunya sebelum ada insentif macam-macam coba dibedah dulu struktur cost-nya ada enggak yang bisa diefisienkan,” imbuh Rida.
Mengenai adanya makelar di bisnis listrik EBT, Rida menegaskan, pihaknya akan melakukan pengawasan yang lebih ketat dalam bisnis ini.
“Tapi yang saya tangkap itu semangatnya dan kalaupun masih ada hal-hal yang aneh-aneh terutama perizinan, broker atau apa ya diminimalisir,” pungkasnya.